Ciri-Ciri Gangguan Eksibisionisme, Pengertian, dan Penyebabnya

| 10 Mar 2023 22:15
Ciri-Ciri Gangguan Eksibisionisme, Pengertian, dan Penyebabnya
Ilustrasi memamerkan alat vital (freepik)

ERA.id - Media sosial sempat dihebohkan oleh berita mengenai orang yang memamerkan alat kelaminnya di tempat umum. Atau, mungkin Anda sering memiliki keinginan untuk melakukan hal tersebut? Bisa jadi hal tersebut adalah ciri-ciri gangguan eksibisionisme.

Perilaku memamerkan alat vital di tempat umum bisa menggangu kenyamanan orang lain, bahkan bisa menyebabkan trauma. Namun, apa itu gangguan eksibisionisme?

Pengertian Gangguan Eksibisionisme

Dikutip Era.id dari Gramedia, gangguan eksibisionisme merupakan kondisi yang secara kompulsif memicu seseorang, baik laki-laki maupun wanita, menunjukkan atau memamerkan alat vital atau alat kelaminnya kepada orang lain di tempat umum. Orang yang melakukannya mendapatkan rangsangan dan kesenangan seksual.

Ini termasuk gejala parafilia, yaitu ketertarikan seksual pada hal-hal yang tidak biasa atau tabu. Orang dengan eksibisionisme ingin mendapatkan reaksi tertentu dari korban atau orang yang melihat alat kelaminnya, seperti terkejut, terkesan, dan takut.

 Ilustrasi eksibisionisme (freepik)

Eksibisionisme berpotensi menimbulkan dampak negatif, baik bagi orang lain maupun diri sendiri. Orang yang memamerkan alat kelaminnya di tempat umum juga bisa terjerat hukum.

Pertama kali eksibisionisme digambarkan sebagai penyakit kejiwaan adalah saat dijelaskan dalam jurnal ilmiah karya Charles Lasègue, dokter dan psikolog Prancis (1877). Eksibisionisme bisa mengganggu kualitas hidup seseorang.

Secara umum, eksibisionisme disebut sebagai sexual deviation (penyimpangan seksual) dengan ciri berupa perilaku menunjukkan atau memamerkan alat kelamin seseorang kepada orang asing. Latar belakang perilaku ini adalah fantasi seksual dan dorongan seksual yang kuat.

Tak berbeda dengan gangguan jiwa yang lain, eksibisionisme bisa terjadi akibat faktor biologis (seperti gen), psikologis, dan sosial (misalnya pola asuh dan lingkungan). Teori eksibisionisme bisa ditelusuri sejak masa kecil pelaku, termasuk perkembangan seksualnya, apakah terbentuk dengan baik dalam pola asuh orang tuanya ataukah tidak.

Ciri-Ciri Gangguan Eksibisionisme

Umumnya, ciri-ciri atau gejala gangguan eksibisionisme mulai muncul saat pengidapnya berusia 15—25 tahun. Hal tersebut akan mengalami pengurangan seiring bertambahnya usia. Ada beberapa ciri yang mengindikasikan seseorang memiliki gangguan seksual eksibisionisme.

·         Merasa puas ketika menunjukkan atau memamerkan alat kelaminnya kepada orang asing di tempat umum. Sebagian penderita suka memamerkan alat kelaminnya hanya kepada kelompok sosial tertentu, misalnya hanya kepada anak kecil atau hanya kepada lawan jenis.

·         Mendapatkan rangsangan atau gairah seksual saat melihat korbannya (orang yang melihat alat kelaminnya) terkejut, kagum, atau takut, yang diikuti dengan masturbasi. Meski demikian, pengidapnya tidak memiliki tujuan untuk melakukan kontak fisik atau hubungan seksual dengan korban.

·         Cenderung sulit dalam memulai atau mempertahankan hubungan, baik asmara maupun pertemanan.

·         Beberapa pengidap menunjukkan gejala gangguan parafilia lainnya dan dianggap hiperseksual.

Penyebab Eksibisionisme

Belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab dari eksibisionisme. Meski demikian, ada beberapa faktor diduga bisa memicu atau meningkatkan risiko seseorang memiliki gangguan ini. Faktor-faktor itu pun masih menjadi hal yang diperdebatkan sehingga perlu diteliti lebih jauh. Faktor yang dimaksud adalah sebagai berikut.

·         Faktor genetik dan neuropsikologis.

·         Gangguan perkembangan otak sejak masih ada di dalam kandungan.

·         Trauma masa kecil, seperti pelecehan seksual, penderitaan emosional, dan kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua.

·         Kepribadian antisosial.

·         Penyalahgunaan alkohol.

·         Kurangnya rasa percaya diri.

Jika seseorang diindikasikan mengidap atau memiliki ciri-ciri gangguan eksibisionisme, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan ke psikiater. Dengan demikian, bahaya yang lebih besar bisa dicegah. Pengidap juga bisa segera menjalani kehidupan secara normal lagi.  

Rekomendasi