ERA.id - Operasi sedot lemak menjadi pilihan yang semakin populer untuk penurunan berat badan yang cepat. Meskipun menawarkan potensi transformasi fisik yang signifikan, risiko operasi sedot lemak tidak dapat diabaikan.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas lebih lanjut tentang risiko-risiko yang terkait dengan prosedur sedot lemak, agar memberikan pemahaman dan pertimbangkan kesehatan sebelum memutuskan untuk menjalani operasi ini.
Risiko operasi sedot lemak
Dilansir dari laman AI Care, operasi sedot lemak merupakan tindakan medis yang tidak terlepas dari risiko dan efek samping yang serius.
Sebelum memutuskan untuk menjalani prosedur ini, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai seluruh prosedur, potensi risiko, dan perawatan pasca operasi yang diperlukan.
Beberapa risiko yang dapat timbul dari operasi sedot lemak meliputi:
-
Kontur kulit tidak rata
Pembuangan lemak yang tidak merata, elastisitas kulit yang buruk, atau penyembuhan yang tidak normal dapat menyebabkan kulit tampak bergelombang atau tidak rata. Perubahan ini dapat bersifat permanen.
-
Akumulasi cairan
Terdapat risiko pembentukan kantung berisi cairan di bawah kulit yang bersifat sementara. Cairan ini kemungkinan perlu dikuras dengan menggunakan jarum.
-
Mati rasa
Pascaoperasi, Anda mungkin mengalami sensasi mati rasa sementara di area yang telah menjalani operasi sedot lemak.
-
Infeksi
Meskipun jarang, infeksi kulit dapat terjadi setelah operasi sedot lemak.
-
Tusukan ke organ dalam
Penggunaan alat kanula pada prosedur ini berpotensi menembus terlalu jauh dan menusuk organ dalam tubuh. Meski insiden ini jarang terjadi, kondisi ini memerlukan penanganan segera.
-
Embolisme lemak
Potongan-potongan lemak yang terlepas dapat menyebabkan pecah dan menyumbat pembuluh darah, dapat berkumpul di paru-paru atau berpindah ke otak. Kondisi ini dianggap sebagai keadaan darurat medis yang memerlukan penanganan segera.
-
Masalah pada ginjal dan jantung
Pergeseran tingkat cairan selama prosedur dapat mengakibatkan masalah serius pada ginjal, jantung, dan paru-paru, yang dapat berpotensi mengancam jiwa.
-
Kematian
Seperti halnya jenis operasi lainnya, prosedur sedot lemak membawa risiko kematian, meskipun insiden ini sangat jarang terjadi.
Risiko utama kematian terkait dengan prosedur ini terkait dengan anestesi, seperti reaksi alergi, komplikasi pernapasan, atau masalah kardiovaskular yang dapat timbul pada beberapa pasien.
Selain itu, risiko infeksi parah yang mengancam nyawa, perdarahan berlebihan, pembentukan gumpalan darah, komplikasi pada jantung dan pernapasan, kerusakan pada jaringan atau organ yang berdekatan, reaksi alergi, hingga kejadian henti napas atau kegagalan jantung juga mungkin terjadi.
Bagaimana prosedur operasi sedot lemak?
Sebelum menjalani prosedur sedot lemak, penting untuk melalui konsultasi dengan dokter guna membahas tujuan estetik dan area tubuh yang ingin diperbaiki.
Selanjutnya, pasien akan menjalani pencitraan medis seperti CT Scan atau MRI untuk memperoleh gambaran yang akurat mengenai distribusi lemak di tubuh.
Prosedur sedot lemak umumnya dilakukan dengan menggunakan anestesi lokal atau total, tergantung pada area yang akan dioperasi dan pertimbangan dokter.
Dokter kemudian akan membuat sayatan kecil di area yang dituju dan memasukkan kanula, sebuah tabung hisap, ke dalam lapisan lemak di bawah kulit.
Pada tahap penyedotan, dokter akan menggerakkan kanula untuk memecah lemak dan menghisapnya keluar dengan hati-hati. Setelah prosedur selesai, sayatan kecil tersebut akan ditutup dengan jahitan atau perban steril.
Pascaoperasi, pemantauan pemulihan dan evaluasi hasil tetap diperlukan selama beberapa minggu atau bulan. Penting untuk mematuhi petunjuk dokter sebelum dan sesudah prosedur guna memastikan pemulihan yang optimal dan hasil yang memuaskan.
Selain risiko operasi sedot lemak, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…