ERA.id - Tidak banyak yang tahu, terdapat ilmu pengetahuan yang mendasari warna, yang dikenal sebagai teori warna. Lantas bagaimana teori warna menurut ahli? Mari kita bahas lebih dalam.
Setiap warna memiliki kekuatannya sendiri untuk membangkitkan emosi, menyampaikan pesan, dan estetika. Hal tersebut membuat para ahli telah mendedikasikan waktu dan penelitian mereka untuk memahami bagaimana warna bekerja dan berinteraksi satu sama lain.
Teori Warna Menurut Ahli
Dilansir dari Interaction Design, teori warna adalah studi tentang bagaimana warna bekerja bersama dan bagaimana warna mempengaruhi emosi dan persepsi kita.
Memahami teori warna tentu sangat berguna bagi seniman, desainer, dan kreator untuk membantu mereka memilih warna yang tepat untuk proyek mereka.
Teori warna juga memungkinkan Anda untuk memilih warna yang cocok satu sama lain dan menyampaikan suasana hati atau pesan yang tepat dalam karya Anda.
Paul Gauguin, Pelukis Post-Impresionis ternama menjelaskan warna sebagai “Warna! Betapa bahasa yang dalam dan misterius, bahasa mimpi.”
Sementara itu, Sir Isaac Newton menetapkan teori warna ketika ia menciptakan roda warna pada tahun 1666. Newton memahami warna sebagai persepsi manusia—bukan kualitas absolut—dari panjang gelombang cahaya.
Newton mengkategorikan warna secara sistematis dan mendefinisikan menjadi tiga kelompok yaitu:
- Primer (merah, biru, kuning).
- Sekunder (campuran warna primer).
- Tersier (atau menengah - campuran warna primer dan sekunder).
Mengapa Teori Warna Begitu Penting?
Teori warna sangat penting karena digunakan untuk mengetahui cara mencampur palet warna custom, cara mencocokkan warna, dan alasan mengapa warna hangat dan dingin dapat mempengaruhi mood dari sebuah karya.
Kontras yang tepat sangat penting untuk menarik perhatian pengguna sejak awal. Kecerahan yang Anda pilih untuk desain juga menjadi penting, dan berguna untuk memancing respons emosional yang diinginkan. Meskipun demikian, reaksi manusia terhadap pilihan warna tergantung pada beberapa faktor seperti jenis kelamin, pengalaman, usia, dan budaya.
Sebagai contoh, Anda harus mendesain untuk aksesibilitas pada pengidap buta warna yang tidak bisa membedakan merah dan hijau. Hal tersebut membuat Anda dapat menyempurnakan pilihan warna melalui penelitian UX guna mendapatkan resonansi terbaik pada pengguna tertentu.
Penikmat karya, dengan demikian akan melihat desain Anda dengan harapan mereka paham tentang seperti apa seharusnya desain dalam industri tertentu. Itu sebabnya Anda juga harus mendesain untuk memenuhi harapan pasar Anda secara geografis. Misalnya, biru, standar industri untuk perbankan di Barat dapat memiliki asosiasi positif di budaya lain.
Namun, beberapa warna dapat membangkitkan perasaan yang kontradiktif dari negara tertentu. Misalnya warna merah menjadi keberuntungan di Cina, namun duka di Afrika Selatan, dan bahaya atau keseksian di Amerika Serikat.
Secara keseluruhan, Anda harus menggunakan pengujian usability untuk memastikan pilihan warna Anda tepat bagi setiap audience.
Teori warna akan membantu memahami dunia di sekitar dengan menyediakan jalan pintas untuk menggunakan produk, membedakan objek, dan menginterpretasikan informasi.
Selain itu, dalam teori warna juga ditekankan pentingnya mempertimbangkan pengaruh budaya, personal, dan biologis pada persepsi warna untuk memastikan desain mengkomunikasikan informasi yang tepat.
Selain teori warna menurut ahli, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…