ERA.id - Pemerintah desa dan kelurahan punya andil besar dalam penurunan stunting. Ini karena pemerintahan yang paling dekat dengan kelompok kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) adalah desa atau kelurahan, di mana kedua wilayah ini memiliki peran yang besar dalam penyelamatan bayi di periode 1000 hari pertama kehidupan (HPK).
Plt. Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan
BKKBN RI, dr. Irma Ardiana, MAPS, menjelaskan bahwa terdapat 8 indikator Percepatan Penurunan Stunting dengan unit desa dan kelurahan sesuai Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021.
Di depan peserta webinar Praktik Baik Desa/Kelurahan Bebas Stunting (De’Best) 1000 HPK tahun 2024, di platform YouTube dan Zoom BKKBNOfficial, Kamis (25/07/2024), dr. Irma mengatakan indikator pertama adalah memastikan untuk stop membuang air besar sembarangan.
Selanjutnya, melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat), melakukan konvergensi percepatan penurunan stunting, meningkatkan alokasi dana desa untuk intervensi spesipik sensitif, mengintegrasikan program dan kegiatan percepatan penurunan stunting dan dokumen perencanaan dan penganggaran desa.
Berikutnya, melaksanakan kegiatan kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) tentang pengasuhan 1000 hari pertama kehidupan balita. "Selain itu, memiliki guru pendidikan anak usia dini terlatih terkait dengan pengasuhan untuk simulasi penanganan stunting sebagai hasil pendidikan dan pelatihan di kabupaten/kota dan juga memiliki kinerja baik, dalam konvergensi dalam penurunan stunting,” tambahnya.
● Kerja Keras
Pada kesempatan yang sama Plt. Deputi Bidang kesetaraan Gender, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Rini Handayani, SE, MM, dalam keynote speech-nya mengatakan bahwa isu stunting juga memiliki hubungan yang sangat erat dengan isu kesetaraan gender dan isu perempuan lainnya.
“Beberapa contoh di antaranya bayi yang dilahirkan dari hasil perkawinan anak memiliki risiko stunting, perkawinan anak memunculkan kemiskinan pada perempuan, tidak adanya akses bagi perempuan dalam pendidikan dan untuk mendapatkan berbagai informasi. Maka, penting kita sadari hal itu dalam menyelesaikan isu stunting,” ujarnya.
Ia mengungkapkan bahwa perlu kerja pentahelix dan sinergi kolaborasi untuk membangun komitmen yang kuat dalam penanganan dan pencegahan stunting. Termasuk dukungan regulasi
“Isu stunting ini bukan hanya di sektor kesehatan, mengait pada isu-isu sosial, dan budaya yang ada di negara kita. Jadi, tidak bisa diselesaikan dengan isu kesehatan saja. Untuk itu, isu kesetaraan gender, isu perempuan dan anak berkaitan satu sama lain,” tegas Rini.
● Raja Keren Berdasi
Pada acara tersebut dipaparkan inovasi “Raja Keren Berdasi” Desa Tegaren, Provinsi Jawa Timur, yang ampuh dalam melakukan pencegahan stunting di bawah komando Kepala Desa Tegaren, Heri Supriyanto.
“Raja Keren Berdasi” adalah Gerakan Mewujudkan Keluarga Tentrem, Berdaya, Bebas Stunting, merupakan manifestasi dari 11 gerakan intervensi spesifik pencegahan stunting dengan inovasi dan aksi.
“Raja Keren Berdasi adalah singkatan dari berbagai inovasi program Desa Tegaren dalam menurunkan stunting. R : Remaja putri diskrining anemia dan aktif minum Tablet Tambah Darah (TTD); A: ANC (Antenatal Care) enam kali selama kehamilan, J: Jaga dan penuhi gizi ibu hamil, A: ASI eksklusif 6 bulan dan Imunisasi dasar lengkap;
Kemudian K: Ketahui pertumbuhan dan perkembangan balita datang ke Posyandu - BKB; E: Edukasi pengasuhan dan penatalaksanaan gizi; R: Rantang Berjalan pemberian Pendamping Makanan Tambahan (PMT) Balita kaya protein hewani.
“En : Enyah asap rokok di dalam rumah; Be : Bebas dari Buang Air Besar Sembarangan (BABS); R : Rumah Pangan Lestari; Dasi : Dasomas dan Infak Sedekah Sosial (ISS),” jelasnya.
Ia juga menjelaskan, pada ANC, Pokja P4K Desa Tegaren juga melakukan Teko Bulat (Tetangga Kepo Ibu Hamil Bersalin Sehat dan Selamat). Bermakna, seluruh
tetangga ibu hamil diharapkan peduli dan tanggap pada kondisi ibu hamil, sehingga akan menjadi tetangga yang Siaga (siap antar jaga).
“Dengan demikian apabila terjadi faktor risiko pada ibu hamil dan bersalin akan
segera dapat diberi penanganan yang cepat dan tepat,” paparnya.
Berdasarkan data monitoring dan evaluasi yang telah dilakukan pada 2023, berbagai inovasi tersebut mampu memperbaiki gizi para balita, remaja, ibu hamil, lansia dan disabilitas. Termasuk juga perbaikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti penurunan perilaku merokok di keluarga dan pemberian ASI Eksklusif meningkat, zero angka kematian ibu dan angka kematian bayi, perbaikan pendapatan dan ekonomi masyarakat di Tegaren.
● Beragam Inovasi
Selain Desa Tegaren, Kepala Desa Bambadaru, Provinsi Sulawesi Barat, juga memaparkan keberhasilannya dalam menurunkan stunting.
Beberapa inovasi Desa Bambadaru di antaranya pertemuan Kelompok BKB setiap bulan, kelas ibu hamil dan pemberian makanan tambahan ibu hamil setiap dua bulan, penyuluhan dan sosialisasi pencegahan stunting, pengolahan amplang ikan bandeng untuk balita, diskusi asik bersama keluarga balita, Mabar Pakde (Makan Bareng Pak Desa) setiap empat bulan sekali saat panen ikan.
Ada pula Si Gonrong Bersama Pakde (Siap Gotong Royong Bersama Pak Desa) dalam hidup sehat dan peduli lingkungan, Makan Burkajo (Bubur Kacang Ijo) bagi balita di posyandu, sosialisasi Gemar Ikan (Gerakan Makan Ikan) melalui lomba memancing.
Juga terdapat inovasi Kebun Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) yang ditanami berbagai jenis sayur. Hasilnya dibagikan pada ibu hamil, pasca salin dan keluarga baduta; Ayo Tamasya (Tanam Sayur) dengan pemberian bibit pada keluarga untuk ditanam di rumahnya; Kolam Ikan Dashat; Penyediaan bantuan bibit jagung; fasilitas ambulance desa untuk ibu hamil, bersalin dan balita; fasilitas layanan BPJS dan akta lahir; dan inovasi lainnya.
Menurutnya, berbagai program tersebut ampuh menurunkan stunting di desa tersebut. Termasuk mengatasi anemia ibu hamil. Keluarga berisiko stunting pun menikmati fasilitasi penggunaan air bersih dan akses makanan bergizi seimbang bagi ibu hamil, remaja, dan balita.