ERA.id - Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Colin L. Powell baru-baru ini meninggal dunia akibat menderita Covid-19 meski telah mendapatkan vaksinasi lengkap.
Selain menderita Covid-19, Colin L. Powell (84) diketahui juga terkena multiple myeloma atau kanker yang terbentuk dalam jenis sel darah putih yang disebut sel plasma atau kanker plasma darah. Dia berjuang menjalani perawatan penyakitnya itu selama 2-3 tahun.
Juru bicara keluarga Powell, seperti dikutip dari The New York Times, mengatakan dia seharusnya menerima suntikan booster vaksin pekan lalu, tetapi harus menundanya karena sakit. Selain kanker, Powell juga mendapatkan perawatan untuk stadium awal penyakit Parkinson.
Merujuk pada hal ini, dikutip dari Antara pada Selasa (19/10/2021), Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Tjandra Yoga Aditama mengatakan masalah utama bukan pada aman atau tidaknya vaksin bagi pasien kanker, melainkan efektivitas vaksin khususnya pada bagi pasien dengan gangguan imunitas.
“Beberapa jenis pengobatan kanker seperti kemoterapi, radioterapi, transplantasi sumsum tulang, stem cell dan imunoterapi dapat mempengaruhi imunitas tubuh sehingga vaksin menjadi relatif kurang efektif,” kata dia yang menjabat sebagai Direktur Parca Sarjana Universitas YARSI itu melalui pesan elektroniknya.
Institut kanker nasional Amerika Serikat (NCI) juga menyatakan, berdasarkan penelitian vaksin Covid-19 menjadi kurang efektif pada sebagian pasien kanker.
Tetapi, pasien kanker yang sedang menjalani kemoterapi, radioterapi, imunoterapi dan terapi target dapat diberikan vaksin , menurut National University Cancer Institute Singapore (NCIS).
Mengenai hal ini, Tjandra mengutip tulisan di Cancer Therapy Advisor pada 31 Agustus 2021 mengungkapkan pasien dengan keganasan hemotologi (kanker darah) memang mendapatkan respon kekebalan lebih rendah sesudah divaksin dibanding dengan pasien dengan kanker padat.
Mengutip The Washington Post, sebagai pasien kanker darah, bahkan yang berhasil diobati, Powell memenuhi syarat mendapatkan dosis vaksin mRNA dan mungkin tidak memiliki respons kekebalan normal dari suntikan awal.
Para pejabat kesehatan mengatakan, suntikan tambahan atau booster harus dilihat sebagai cara bagi pasien ini untuk menyelesaikan imunisasi awal.
Komite Bersama untuk Vaksinasi dan Imunisasi di Inggris (JCVI) menyebutkan, kanker darah termasuk dalam sejumlah keadaan penyakit yang memerlukan suntikan vaksin dosis ketiga.
Strategic Advisory Group of Expert (SAGE) on Immunization juga merekomendasikan mereka dengan imunosupresi sedang dan berat dapat diberikan vaksin dosis ketiga.
Sementara itu, Dokter penyakit menular di Yale Schools of Public Health and Medicine, Albert Ko menyatakan multiple myeloma mengambil alih sumsum tulang dan mengganggu kemampuan tubuh memblokir infeksi secara umum.
Sebuah penelitian yang diterbitkan pada Juli lalu menunjukkan, sekitar satu dari empat pasien dengan kanker darah tidak terdeteksi menghasilkan antibodi setelah diberikan vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna, meskipun hasilnya bervariasi tergantung pada jenis kanker yang diderita pasien.
Studi lainnya dari Emory University School of Medicine pada 103 pasien multiple myeloma menunjukkan, sekitar 45 persen partisipan mengembangkan respons antibodi yang memadai terhadap vaksinasi, dan 22 persen memiliki respons parsial terhadap vaksin mRNA.
Ahli hematologi dan onkologi di Icahn School of Medicine, Mount Sinai, Samir Parekh mengatakan multiple myeloma dan pengobatan paling umum untuk penyakit ini membunuh sel B yang memproduksi antibodi tubuh.
“Pabrik antibodi tidak bekerja sebagaimana mestinya pada pasien yang dirawat untuk penyakit ini,”kata Parekh.
Menurut dia, sebelum pandemi, dokter menyadari pasien dengan jenis kanker ini rentan terhadap berbagai infeksi, termasuk infeksi bakteri dan flu. Oleh karena itu, sangat penting bagi pasien mendapatkan vaksin flu dan pneumonia.
Dalam pandangan awal pada beberapa pasiennya, suntikan vaksin tampaknya efektif dalam memproduksi antibodi bagi mereka yang belum mengembangkannya selama vaksinasi awal (dosis pertama dan kedua).
Jadi, walaupun vaksin Covid-19 bisa jadi kurang efektif pada pasien kanker, namun para pakar kesehatan berdasarkan studi sepakat merekomendasikan mereka dengan kanker mendapatkan suntikan vaksin, termasuk booster atau dosis ketiga