Berisiko Tinggi, Ini Tantangan yang Dihadapi Pasien Penyakit Lupus Autoimun di Pandemi COVID-19

| 15 Dec 2021 09:00
Berisiko Tinggi, Ini Tantangan yang Dihadapi Pasien Penyakit Lupus Autoimun di Pandemi COVID-19
Lupus (Unsplash.com)

ERA.id - Pandemi COVID-19 memang memberikan dampak yang begitu besar bagi kehidupan saat ini, terlebih dalam kesehatan. Munculnya virus ini nyatanya bisa memperparah keadaan orang yang sudah memiliki penyakit dalam, seperti penyakit autoimun, salah satunya lupus eritematosus sistematik (LES).

LES merupakan salah satu suatu kondisi gangguan autoimun kompleks yang menyerang berbagai sistem tubuh. Penyakit ini memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup pasien, sehingga sangat mempengaruhi keadaan pasien di saat pandemi saat ini.

Risiko penularan virus corona yang begitu tinggi bagi pasien LES membuat mereka harus ekstra hati-hati menjaga diri. Pasien penyakit ini jika terinfeksi COVID-19 bisa mengalami sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), yang memiliki mortalitas lebih tinggi dan kondisi yang buruk secara signfikan.

"Pandemi COVID-19 ini kemungkinan akan dapat menyebabkan munculnya penyakit autoimun. Gejala penyakit autoimune inflmmatory rheumatic disease (AIIRD) dapat muncul sewaktu-waktu," ujar Prof. Dr. dr. Harry Isbagio, SpPD-KR, KGer, Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Reumatologi, saat webinar pada Selasa (14/12/2021).

Tak hanya itu, penanganan pasien autoimun yang terinfeksi COVID-19 juga masih belum memadai. Ini lantaran tenaga medis spesialis penyakit tersebut masih belum banyak.

"Tapi kadang pasien mengalami kesulitan mengakses layanan kesehatan karena kurangnya tenaga spesialis untuk menangani pasien autoimun," kata Prof. Harry.

Lebih lanjut, Prof. Harry juga menjelaskan bahwa terdapat kesulitan untuk para pasien penderita lupus autoimun untuk mendapatkan vaksinasi COVID-19. Ini lantaran pasien autoimun cenderung menggunakan berbagai macam obat untuk mempertahankan kondisinya, yang terkadang tidak bisa bersatu dengan vaksin.

"Perbedaan imunogenesitas (respon tubuh terhadap vaksin) dapat dikarenakan penggunaan obat imunosupressif pada pasien AIIRD. Mengingat, pasien AIIRD memiliki risiko yang lebih tinggi terkena infeksi COVID-19 dan lebih berat. Hal ini membuat vaksinasi menjadi bagian dari perawatan, dan vaksinasi dapat diberikan atas persetujuan dokter yang merawat," jelas Prof. Harry.

Dengan demikian, pasien penderita lupus autoimun harus dengan ekstra menjaga tubuhnya sendiri. Dengan penjagaan ketat, maka risiko penyakit untuk kambuh bisa berkurang dan tidak signifikan.

"LES memiliki dampak signifikan pada kualitas hidup pasien. Dibandingkan dengan populasi sehat, penyakit ini menjadi sebuah penghalang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Agar dapat mempertahankan kualitas hidup yang lebih baik, penting bagi pasien LES untuk disiplin dengan perawatan yang dijalani," tutur Dr. dr Cesarius Singgih Wahono, SpPD-KR, Spesialis Penyakit Dalam, Reumatologi.

Rekomendasi