ERA.id - Sejumlah pelaku bisnis di Korea Selatan meras resah lantaran tidak bisa menjual dagangannya bertema Halloween dengan aman. Keresahan sekaligus ketakutan ini berkaitan dengan setahun tragedi mematikan di Itaewon, Seoul, Korea Selatan.
Sebuah toko roti di Seoul, Korea Selatan, mendapat respons keras dari netizen setelah menjual roti bergambar labu. Toko roti itu dinilai tidak memiliki empati atas tragedi mematikan di Itaewon tahun lalu.
Kritik itu muncul dalam sebuah diskusi di KakaoTalk, yang berisi sekumpulan ibu rumah tangga yang memiliki anak. Obrolan itu mencakup foto kue berbentuk labu untuk menyambut hari Halloween yang diduga diambil dari toko roti milik A.
“Ini memberi saya merinding karena mereka menjual produk Halloween dalam suasana seperti ini,” komentar seorang pengguna.
“Saya merasa tidak enak,” ungkap lainnya.
“Saya merasa tidak nyaman,” sambung yang lain.
Pemilik toko yang merupakan pria berusia 33 tahun mengaku frustasi atas komentar sinis tersebut. Dia mengaku kesal toko rotinya menjadi bahan gunjingan publik, yang mana menurutnya ia hanya menjual kue karena banyak anak-anak yang meminati.
“Saya hanya membuat dan menjual beberapa kue dalam bentuk yang melambangkan Halloween, seperti labu dan hantu, karena ada banyak anak-anak, tapi saya sangat kesal ketika mendengar ada kritik yang diposting,” kata pemilik toko kue, dikutip Hankyung, Senin (23/10/2023).
Ketika kritik meningkat terhadap produk Halloween, beberapa perusahaan distribusi dan wiraswasta menderita. Setelah peristiwa menyeramkan yang menewaskan 159 orang di Itaewon, Seoul setahun yang lalu, terdapat suasana 'mari kita merayakan Halloween dengan tenang'.
Namun penjualan produk yang berhubungan dengan Halloween pun mendapat komentar keji dari komunitas lokal. Pemilik toko roti yang terletak di wilayah Gyeonggi mengatakan bahwa menjalankan toko tidaklah mudah.
Menurut industri, dengan peringatan pertama bencana Itaewon yang semakin dekat pada tanggal 29, 'pemasaran Halloween' telah menghilang tahun ini. Tidak hanya taman hiburan seperti Lotte World dan Everland yang setiap tahunnya mengadakan festival bertema Halloween berskala besar, tetapi juga supermarket besar seperti E-Mart, Homeplus dan American Costco, serta toko retail seperti Lotte, Shinsegae, dan Hyundai.
Sejumlah departemen store dan mal online, juga memilih untuk tidak menekankan Halloween. Selain itu, industri restoran, penginapan, dan pertunjukan juga memutuskan untuk melewatkan tahun ini dengan tenang tanpa sebisa mungkin menyebut Halloween.
Setiap tahun, Halloween dianggap sebagai peristiwa besar, dengan penjualan terkait industri meningkat sebesar 20 hingga 30 persen, namun perusahaan menyerah pada topik tersebut.
Bahkan ketima perusahaan properti seperti Daiso dan Artbox memajang dan menjual suvenir Halloween berbentuk labu di depan toko mereka, opini publik pun muncul dengan sangat sinis, seperti 'Ini keterlaluan', 'Saya marah', dan 'Saya akan memboikot produk di masa depan.'
Hal yang sama berlaku untuk usaha kecil. Bisnis wiraswasta, seperti kafe, toko roti, restoran, dan bar, yang melakukan penjualan di luar musim antara Chuseok dan Natal dengan menjual produk terkait Halloween atau menciptakan suasana pesta, juga berada dalam situasi yang sulit.
Tuan B (36), yang menjalankan ruang pesta di Busan, mengatakan, “Karena sifat bisnis yang menyewakan ruang pesta, kami tidak punya pilihan selain merencanakan produk terkait sesuai dengan musim Halloween, tetapi ketika dia melihat iklan tersebut, dia mengkritiknya dan bertanya, 'Apakah kamu gila dalam situasi ini?',”.
Lalu, kata B, ia akan menerima ancaman melalui panggilan telepon bila tetap menyewakan ruangan untuk merayakan Halloween. B mengaku sangat terganggu dengan situasi tersebut.
“Tentu saja, saya merasa tidak nyaman dengan berlebihan Pemasaran Halloween. Tetapi apakah kita juga harus dikritik karena minimnya aktivitas penjualan yang kita lakukan untuk mencari nafkah?” keluhnya.
Selain berdampak pada sektor bisnis dan usaha, taman kanak-kanak dan juga sejumlah sekolah bahasa memilih untuk tidak mengatakan pesta kostum Halloween tahun ini. Sebagian sekolah bahasa berusaha untuk tetap merayakan hari Halloween dengan menggunakan kata ‘Hari Budaya’ dan ‘Hari Thanksgiving’.
“Sulit untuk mengadakan pesta seperti tahun-tahun sebelumnya karena ada orang tua yang berpendapat bahwa mereka tidak senang dengan pesta Halloween karena trauma Itaewon,” kata Direktur taman kanak-kanak di daerah Incheon.
“Kami berencana melewati musim Halloween dengan menggantinya dengan acara jenis lain,” sambungnya.
Tragedi mematikan Itaewon terjadi tepat pada perayaan Halloween 29 Oktober 2022. Sebanyak 159 orang tewas setelah terjebak di sebuah gang sempit dan kehabisan nafas hingga henti jantung. Tragedi itu merupakan bencana terburuk yang pernah terjadi di Korea Selatan sejak tenggelamnya kapal feri penumpang Sewol pada tahun 2014 di lepas pantai selatan, yang menewaskan 304 orang.