Sensor Mesin Robot Diduga Rusak, Seorang Pekerja di Korea Selatan Tewas Tragis

| 09 Nov 2023 14:20
Sensor Mesin Robot Diduga Rusak, Seorang Pekerja di Korea Selatan Tewas Tragis
Robot di Korea Selatan bunuh pekerja (Dok: Istimewa)

ERA.id - Seorang pria tewas secara tragis usai menjadi salah sasaran robot di industri kerja. Robot itu gagal mendeteksi korban dan menganggapnya sebagai kotak paprika.

Menurut laporan Yonhap News, kecelakaan tragis itu terjadi di Kompleks Pertanian Ekspor Donggoseong, Korea Selatan. Pria berusia 40-an itu dilaporkan sedang memeriksa sensor robot saat kejadian.

Mesin yang bertugas mengangkat kotak-kotak paprika ke atas palet itu nampak tidak berfungsi dan salah mengira pria itu sebagai sebuah kotak. Robot itu pun menangkapnya dengan lengannya dan mendorongnya ke ban berjalan, meremukkan wajah dan dadanya.

"Pria tersebut dilarikan ke rumah sakit namun sayangnya meninggal karena luka-lukanya," kata sebuah pernyataan polisi.

Pihak kepolisian yang mendapat laporan tersebut langsung diterjunkan untuk melakukan penyelidikan. Polisi akan menyelidiki pengelola keselamatan di lokasi tersebut atas dugaan kelalaian.

Seorang pejabat dari Kompleks Pertanian Ekspor Donggoseong, pemilik pabrik tersebut, menyerukan peningkatan sistem keselamatan setelah kecelakaan tragis tersebut.

Diketahui korban sempat mengisi waktu untuk melakukan pengujian terhadap robot tersebut yang semula dijadwalkan pada 6 November. Namun ditunda selama dua hari karena dilaporkan adanya masalah pada sensor robot yang perlu ditangani terlebih dahulu.

Insiden kecelakaan yang melibatkan robot ini bukanlah kali pertama yang terjadi di Korea Selatan. Pada bulan Maret, seorang pria Korea Selatan berusia 50-an menderita luka serius setelah terjebak oleh robot saat bekerja di pabrik suku cadang mobil.

Kemudian, di Rusia pada bulan Juli lalu, muncul rekaman android pemain catur yang mematahkan jari seorang anak saat bertanding di Rusia. Robot tersebut meraih jari anak laki-laki berusia tujuh tahun di Moscow Open karena bingung dengan gerakan cepatnya.

Sergey Lazarev, wakil presiden Federasi Catur Rusia, mengatakan anak tersebut telah melanggar 'aturan keselamatan tertentu' karena melakukan tindakan terlalu cepat.

Christopher Atkeson, pakar robotika di Universitas Carnegie Mellon, mengatakan kepada MailOnline, "Robot memiliki penginderaan terbatas dan dengan demikian membatasi kesadaran terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka".

"Saya curiga robot catur itu tidak punya telinga, dan sistem penglihatannya tidak bisa melihat apa pun selain papan dan bidak catur," kata Atkeson saat itu.

Rekomendasi