ERA.id - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menanggapi kasus pneumonia misterius yang menyerang anak-anak di China. WHO akan menyelidiki penyebab kemungkinan wabah ini akibat virus SARS atau Covid-19.
Badan kesehatan PBB itu mengatakan sejauh ini belum mengetahui penyebab terjadinya peningkatan infeksi saluran pernapasan yang dilaporkan oleh otoritas China. Para ilmuan dari luar mengatakan situasi ini memerlukan pemantauan ketat, namun tidak yakin bahwa lonjakan penyakit pernapasan baru-baru ini di China mendadakan dimulainya wabah global baru.
"Tidak jelas apakah hal ini terkait dengan peningkatan keseluruhan infeksi saluran pernapasan yang sebelumnya dilaporkan oleh otoritas China, atau kejadian terpisah,” kata WHO, dikutip NPR, Jumat (24/11/2023).
WHO juga mengatakan bahwa pihaknya telah meminta rincian lebih lanjut dari China tentang virus yang beredar saat ini dan peningkatan beban pada rumah sakit, melalui mekanisme hukum internasional.
WHO mencatat bahwa pihak berwenang di Komisi Kesehatan Nasional China pada 13 November melaporkan peningkatan penyakit pernapasan, yang menurut mereka disebabkan oleh pencabutan pembatasan lockdown akibat Covid-19. Negara-negara lain juga mengalami lonjakan penyakit pernapasan seperti virus pernapasan syncytial, atau RSV, ketika pembatasan pandemi berakhir.
Munculnya strain flu baru atau virus lain yang mampu memicu pandemi biasanya dimulai dari kelompok penyakit pernafasan yang tidak terdiagnosis. Baik SARS maupun Covid-19 pertama kali dilaporkan sebagai jenis pneumonia yang tidak biasa.
WHO mengatakan bahwa China di bagian utara telah melaporkan lonjakan penyakit mirip influenza sejak pertengahan Oktober dibandingkan tiga tahun sebelumnya. Permintaan data rincian terkait penyakit misterius ini jarang sekali dilakukan oleh Badan Kesehatan PBB. Umumnya, WHO akan mengajukan permintaan ini secara internal.
Francois Balloux dari University College London mengatakan gelombang penyakit saat ini di China kemungkinan besar disebabkan oleh penyakit pernapasan seperti flu, RSV, atau infeksi bakteri.
Dia mengatakan China mungkin mengalami gelombang besar infeksi pada anak-anak karena ini adalah musim dingin pertama sejak pembatasan lockdown dicabut, yang kemungkinan mengurangi kekebalan anak-anak terhadap penyakit umum.
“Kecuali ada bukti baru yang muncul, tidak ada alasan untuk mencurigai munculnya patogen baru,” kata Balloux.
Wabah ini telah melanda beberapa rumah sakit di China utara, termasuk di Beijing, dan otoritas kesehatan telah meminta masyarakat untuk membawa anak-anak dengan gejala yang tidak terlalu parah ke klinik dan fasilitas lainnya.
Jumlah rata-rata pasien di departemen penyakit dalam di Rumah Sakit Anak Beijing mencapai 7.000 per hari, melebihi kapasitas rumah sakit, kata Radio Nasional China milik negara dalam sebuah artikel online awal pekan ini.
Komisi Kesehatan Nasional China dalam tanya jawab tertulis yang diposting online oleh Kantor Berita resmi Xinhua, menyarankan pada hari Kamis bahwa anak-anak dengan gejala ringan “pertama-tama mengunjungi institusi layanan kesehatan primer atau departemen pediatrik di rumah sakit umum” karena rumah sakit besar penuh sesak dan memiliki waktu tunggu yang lama.
Komisi Kesehatan mengatakan pihaknya telah menaruh perhatian besar terhadap tingginya insiden penyakit menular di kalangan anak-anak dan “memandu pemerintah daerah untuk meningkatkan penjadwalan yang terkoordinasi dan menerapkan sistem diagnosis dan pengobatan berjenjang.”