ERA.id - Jepang menghadapi kelangkaan bahan bakar jet akibat menurunnya jumlah kilang minyak di negara tersebut. Imbas dari kelangkaan ini, Jepang tidak mampu mengoprasikan pesawat jet pulang-pergi.
Menteri Transportasi Jepang Saito Tetsuo mengatakan masalah ini disebabkan oleh berbagai hal. Namun yang menjadi masalah utama adalah berkurangnya jumlah kilang minyak Jepang secara signifikan, yang mengolah minyak mentah impor menjadi bahan bakar penerbangan, demikian laporan NHK, Kamis (18/7/2024).
Bukan hanya itu saja, kekurangan tenaga kerja di industri angkutan truk dan pelayaran juga memperburuk keadaan ini.
Pada tahun 1983, jumlah kilang minyak di Jepang mencapai puncaknya pada angka 49. Seiring berjalannya waktu, permintaan minyak terus mengalami penurunan. Hal ini diperburuk dengan upaya pemerintah baru-baru ini untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil sehingga menyebabkan jumlah tersebut kini turun menjadi 20.
Pengurangan ini ditandai dengan bukan hanya ketersediaan bahan bakar yang lebih sedikit, namun bahan bakar yang dihasilkan juga harus menempuh jarak yang lebih jauh untuk mencapai tujuannya.
Perjalanan yang ditempuh itu pertama dengan kapal ke pelabuhan terdekat, dan kemudian dengan truk.
Otoritas Bandara Narita di Tokyo, gerbang utama kedatangan internasional Jepang, mengatakan bahwa pada akhir Juni enam maskapai telah menunda rencana untuk menambah 57 penerbangan ke jadwal mingguan.
Selain itu, bandara regional juga mengalami hal serupa. Bandara New Chitose dekat Sapporo di Perfektur Hokkaido misalnya, setiap musim dingin, menarik banyak pemain ski dan pemain seluncur salju untuk bermain di dataran tinggi yang terkenal di Jepang bagian utara itu.
Namun, tahun ini, Qantas Airways dan Singapore Airlines telah membatalkan penerbangan musiman mereka ke bandara tersebut, dengan alasan ketidakmampuan menyediakan bahan bakar yang cukup untuk perjalanan pulang.