ERA.id - Badan keselamatan penerbangan Eropa (EASA) memerintahkan inspeksi terhadap sejumlah armada jet Airbus A350 setelah kebakaran mesin pada penerbangan Cathay Pacific.
EASA mengatakan bahwa pesawat A350-1000 mengalami kerusakan mesin karena selang bahan bakar bertekanan tinggi rusak. EASA pun memerintahkan inspeksi pada sejumlah pesawat yang memiliki mesin XWB-97.
"Ada kebakaran mesin pesawat sesaat setelah lepas landas, yang segera terdeteksi dan dipadamkan," kata EASA, dilansir AFP, Jumat (6/9/2024).
Berdasarkan data EASA, sedikitnya ada 86 pesawat dengan jenis tersebut yang beroperasi di seluruh dunia. Namun proses pemeriksaan yang dilakukan dipastikan tidak memengaruhi model A350-900, yang memiliki 526 armada yang beroperasi.
Direktur eksekutif EASA, Florian Guillermet mengatakan proses inspeksi ini akan berlangsung selama 3 hingga 30 hari ke depan. Hal ini dilakukan sebagai tindakan pencegahan.
"Tindakan ini merupakan tindakan pencegahan," kata Guillermet.
Badan tersebut mengatakan sebelumnya pada hari Kamis bahwa arahan tersebut hanya akan berlaku untuk maskapai penerbangan Eropa yang menerbangkan pesawat tersebut, dengan regulator di negara lain bebas memutuskan apakah akan memberlakukannya atau tidak.
Insiden Cathay mendorong maskapai penerbangan lain di wilayah tersebut untuk melakukan pemeriksaan serupa pada model A350-900 dan A350-1000 mereka, yang masing-masing ditenagai oleh mesin Rolls-Royce Trent XWB-84 dan XWB-97.
Rolls-Royce mengatakan pihaknya meluncurkan program pemeriksaan mesin pencegahan satu kali, yang mungkin berlaku untuk sebagian armada A350.
Seorang sumber mengatakan bahwa Airbus dan Rolls-Royce sudah memberi tahu maskapai penerbangan bahwa hanya A350-1000 yang ditenagai oleh mesin XWB-97 yang khawatir dengan masalah tersebut.
A350 pertama dikirimkan ke Qatar Airways pada akhir tahun 2014. Sejak berakhirnya produksi jumbo A380, A350 adalah pesawat terbesar Airbus. Versi terbesar, 1000, dapat mengangkut hampir 500 penumpang.
Qatar Airways adalah operator terbesar versi 1000, dengan 24 pesawat dalam armadanya, diikuti oleh Cathay Pacific dan British Airways, yang keduanya mengoperasikan 18 pesawat.
Cathay, yang membatalkan 90 penerbangan setelah insiden hari Senin, mengatakan bahwa mereka berharap untuk melanjutkan operasi penuh pada hari Sabtu setelah memperbaiki enam dari 15 pesawat yang menurut mereka perlu mengganti saluran bahan bakar.