Singgung Perdamaian, Indonesia Desak AS Hormati Hukum Internasional Secara Konsisten

| 27 Jul 2024 20:30
Singgung Perdamaian, Indonesia Desak AS Hormati Hukum Internasional Secara Konsisten
Tangkapan layar - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ketika menyampaikan pernyataan Indonesia dalam debat terbuka Dewan Keamanan PBB di New York, AS, pada Rabu (23/1/2024). (ANTARA/Yashinta Difa)

ERA.id - Indonesia melalui pemaparan Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno L.P. Marsudi, yang memimpin Pertemuan para Menlu ASEAN dan Amerika Serikat (AS) bersama Menlu AS, Antony Blinken, di Vientiane, Laos (27/7) meminta AS hormati hukum internasional secara konsisten.

Pertemuan ASEAN-AS kali ini merupakan pertemuan yang terakhir di bawah koordinasi Indonesia. Untuk periode 2024-2027, Indonesia akan menjadi Koordinator Kemitraan ASEAN-Australia.

Di momen ini, Retno menyinggung dua hal terkait kerja sama ASEAN dan AS. Pertama, AS sebagai mitra untuk perdamaian.

“Sebagai mitra, kata Retno, penting bagi kita untuk menghormati hukum internasional. Menciptakan budaya dialog juga penting," kata Retno dalam keterangan Kemlu RI. 

"Karenanya, Indonesia menyambut baik komitmen AS untuk melanjutkan dialog dengan RRT. Selain itu, sentralitas ASEAN juga harus terefleksi dalam berbagai kerja sama antara ASEAN dan AS," 

Kedua, Menlu Retno menyampaikan pentingnya negara-negara ASEAN meningkatkan kapasitas industri, termasuk pada sektor mineral kritis.

Indonesia termasuk ke dalam Koordinator Kemitraan ASEAN-AS periode 2021-2024. Pada kesempatan itu, Menlu memaparkan capaian-capaian utama kerja sama ASEAN-AS dalam 3 tahun terakhir. 

Capaian itu adalah meningkatnya status kemitraan menjadi Kemitraan Strategis Komprehensif (Comprehensive Strategic Partnership), Suksesnya penyelenggaraan KTT ASEAN–AS pada Mei 2022 yang menghasilkan joint vision statement.

Komitmen untuk memajukan kerja sama ekosistem kendaraan listrik di kawasan menjadi inisiatif baru bagi kawasan.

Selain itu, dukungan AS untuk ASEAN Outlook on the Indo-Pacific juga diutarakan sebagaimana tertera dalam kesepakatan ASEAN-US Leaders Statement on Cooperation on the AOIP, yang dinilai mampu majukan isu-isu penting termasuk maritim, konektivitas, SDGs, dan ekonomi.

Pembentukan ASEAN-US Center di Washington DC untuk mendorong kerja sama untuk public-private partnership merupakan kerja sama sektoral baru.

"Kita tidak bisa menutup mata akan kondisi krisis kemanusiaan di Gaza. Saat kita bicara di sini, lebih dari 40.000 orang dibunuh. Gencatan senjata harus segera dilakukan untuk hentikan kekejaman ini", tuturnya.

Selain itu, lanjut Retno, kemitraan ASEAN dan AS harus berkontribusi bagi terciptanya perdamaian dan stabilitas dunia. Oleh karena itu hukum internasional harus ditegakkan di wilayah konflik, seperti Ukraina, Laut China Selatan, dan Palestina.

Rekomendasi