ERA.id - Mantan wakil kepala Dewan Keamanan Nasional Israel Eran Etzion mengatakan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memperbudak kepentingan nasional negara demi karier politiknya sendiri. Netanyahu terbukti melakukan itu dengan kegagalannya mencapai tujuan perang di Jalur Gaza.
"Kebanyakan orang Israel percaya bahwa Netanyahu beroperasi untuk kepentingan politiknya sendiri dan bukan untuk kepentingan nasional," kata Etzion, dikutip Anadolu, Kamis (8/8/2024).
"Saya salah satu dari mayoritas yang percaya bahwa ini masalahnya," imbuhnya.
Lalu, kata Etzion, tindakan Netanyahu yang melindungi karier politiknya sendiri itu terbukti dengan kegagalannya mencapai tujuan perang, yaitu menghancurkan Hamas. Dia menilai kegagalan Israel meraih tujuan itu terletak pada rencangan yang disusun oleh pemerintah, khususnya Netanyahu sebagai Perdana Menteri.
"Saya, sebagai seorang analis, tidak dapat mengatakan bahwa Israel telah mencapai tujuannya, dan saya dapat mengatakan bahwa fakta bahwa Israel tidak mencapai tujuannya adalah karena rancangan," ujarnya.
Selain itu, Ertzion juga menekankan bahwa pemerintah Israel sengaja tidak ingin mencapai tujuan perang karena ingin memperpanjang konflik demi alasan politik.
"Pemerintah ini sengaja tidak ingin mencapai semua tujuan tersebut karena mereka ingin memperpanjang perang demi alasan politik," tegasnya.
Ertzion juga dimintai pendapat soal kematian kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh di tengah kondisi perang yang meningkat. Menurutnya, pembunuhan Haniyeh bukan alternatif strategi politik sebenarnya.
Pimpinan politik Hamas Ismail Haniyeh terbunuh pada tanggal 3 Agustus saat mengunjungi ibu kota Iran Teheran sehari setelah menghadiri pelantikan Presiden Masoud Pezeshkian. Dia tewas tepat sehari setelah komandan Hizbullah Fuad Shukr menjadi sasaran serangan udara Israel di pinggiran selatan ibu kota Lebanon, Beirut.
"Secara pribadi, saya tidak menganggap pembunuhan itu efektif secara strategis. Mungkin efektif secara taktis tetapi mereka telah membuktikan bahwa mereka dapat pulih dengan cukup cepat," kata Etzion, yang juga menjabat sebagai kepala perencanaan kebijakan di Kementerian Luar Negeri Israel.
Pemulihan dengan cepat yang kata Etzion itu mengacu pada keputusan Hamas untuk menunjuk Yahya Sinwar sebagai kepala biro politik yang baru menggantikan Ismail Haniyeh.
"Ini tentu saja bukan strategi," tambahnya.
Terkait arah masa depan perang Israel di Gaza, Etzion menunjukkan bahwa akan ada perpecahan di dalam negeri dan kepemimpinannya. Menurutnya, masyarakat dan lembaga pertahanan mendukung penandatanganan kesepakatan untuk gencatan senjata.
"Namun, Netanyahu dan beberapa menterinya, terutama menteri ekstremis sayap kanan, secara terbuka mendukung dan bertindak untuk memicu perang regional yang lebih luas," katanya.
"Sebagian besar warga Israel siap menandatangani kesepakatan sebagaimana adanya. Para negosiator sendiri siap menandatangani. Menteri pertahanan, kepala IDF, kepala Shin Bet, mereka semua mengatakan mari kita tanda tangani," kata Etzion.
Lebih lanjut, Etzion mengatakan bahwa Netanyahu selalu menghambat kesepakatan gencatan senjata demi kepentingan pribadinya. Netanyahu juga disebut menjadi dalang pencegahan perdamaian tersebut.
"Netanyahu menimbulkan hambatan baru karena kepentingan pribadinya adalah mencegah kesepakatan, bukan menandatanganinya," pungkasnya.