ERA.id - Seorang pembelot Korea Utara berhasil melintasi perbatasan maritim barat de facto menuju ke Selatan. Aksi pembelotan itu diketahui menggunakan perahu kayu untuk menuju ke Selatan.
Ketua Kepala Staf Gabungan Seoul, Kim Myung-soo, mengatakan kepada anggota parlemen bahwa langkah-langkah terbaru Korea Utara dapat dimaksudkan untuk mencegah kebocoran eksternal personel internal ke Selatan.
"Militer kami mengamankan seseorang yang diduga berasal dari Korea Utara di Laut Barat pada pertengahan September dan menyerahkannya kepada otoritas terkait," kata Kim, dikutip AFP, Sabtu (12/10/2024).
"Tidak ada pergerakan yang tidak biasa dari militer Korea Utara, dan kami tidak dapat mengonfirmasi rincian lebih lanjut," sambungnya.
Menurut laporan Yonhap News, aksi pembelot itu melibatkan seorang warga Korea Utara yang melarikan diri dengan menggunakan perahu kayu. Kasus ini menjadi yang terbaru setelah dua pembelot baru-baru ini juga masuk ke Selatan.
Pada kasus pertama, satu pembelotan melintasi perbatasan darat antar-Korea yang dijaga ketat, sementara kasus kedua melalui zona netral di muara Sungai Han, keduanya dilaporkan oleh Seoul pada bulan Agustus.
Korea Selatan mengatakan pada bulan Juli bahwa Pyongyang telah menanam puluhan ribu ranjau darat baru dan membangun penghalang di daerah perbatasan. Pembangunan itu mengakibatkan banyak korban di antara tentara Korea Utara ketika ranjau meledak.
Diketahui, puluhan ribu warga Korea Utara telah melarikan diri ke Selatan sejak semenanjung itu terbagi oleh perang pada tahun 1950-an. Sebagian besar pembelot pergi melalui darat ke negara tetangga Tiongkok terlebih dahulu, kemudian memasuki negara ketiga seperti Thailand sebelum akhirnya berhasil mencapai Korea Selatan.
Namun pada tahun 2020 saat pandemi COVID-19 melanda, jumlah pembelot yang melarikan diri ke Selatan menurun drastis. Penurunan ini juga dikabarkan adanya perintah tembak mati di sepanjang perbatasan darat dengan China.
"Jumlah pembelot yang berhasil mencapai Korea Selatan hampir tiga kali lipat tahun lalu menjadi 196 orang," kata Seoul pada bulan Januari, dengan lebih banyak diplomat elit dan mahasiswa yang berusaha melarikan diri.
Para ahli mengatakan pembelot kemungkinan besar terdampak oleh kondisi kehidupan yang sulit, termasuk kekurangan makanan dan tanggapan yang tidak memadai terhadap bencana alam saat tinggal di Korea Utara yang terisolasi.