ERA.id - Departemen Dalam negeri AS, seperti dilaporkan CNN, telah merilis kabel diplomatik yang dibuat tahun 2018 yang mengatakan bahwa Institut Virologi Wuhan (WIV) "sangat kekurangan teknisi terlatih, dan investigator perlu bekerja secara aman dalam laboratorium yang mengandung banyak paparan ini."
Konten kabel berusia 2 tahun, yang ditulis oleh Kedubes AS di China dan dibocorkan awal tahun ini, bahan pijakan tuduhan dari anggota pemerintahan Donal Trump dan pihak Kongres bahwa virus korona mungkin bocor dari laboratorium yang berlokasi di pusat wabah virus tersebut,
Kabel ini didapatkan oleh koran the Washington Post dalam bentuk yang sudah diberi sejumlah catatan, lewat Undang-Undang Kebebasan Informasi. Di dalamnya terdapat pemahaman bahwa kerja sama antara WIV dengan University of Texas Medical Branch di Galveston bisa membantu mengatasi kekurangan personil. Institusi asal AS itu pun, kabarnya, sedang melatih sejumlah teknisi untuk bekerja di WIV.
Ah, so Trump ended Obama-era grant that would’ve bolstered safety protections at Wuhan lab (which had received assistance from US labs). 2018 US diplomatic cable urged Washington to provide lab greater support, noting its research on bat coronaviruses was important but dangerous. https://t.co/QROjfzqtq5
— Khanoisseur πΆπ€¦π»βοΈπ (@Khanoisseur) April 19, 2020
Kabel kedua mengenai WIV, yang dibuat pada bulan April 2018, menyitir sebuah anggota pemerintah Perancis yang berkata "ahli-ahli dari Prancis telah memberikan arahan dan pelatihan biosafety, yang juga akan dilanjutkan di masa depan, ke laboratorium tersebut."
Di AS, Sekretaris Negara Mike Pompeo adalah orang yang paling vokal dalam menuduh bahwa virus mematikan yang tengah mengakibatkan pandemi saat ini adalah hasil kebocoran dari lab virologi di Wuhan tersebut.
Namun, meski Pompeo masih keras terhadap pemerintahan China menyangkut kegagalan negara itu untuk menekan pandemi dan kurangnya transparansi, sang pejabat AS ini akhir-akhir ini cenderung berbalik arah dari teori virus yang dulu ia sering dengungkan. Dalam sebuah wawancara pada pertengahan Mei, ia berkata, "Kami tahu bahwa ini semua bermulai di Wuhan, namun kami tidak tahu dari mana asalnya, dan itu adalah hal yang penting."