ERA.id - Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny ditemukan kolaps di toilet pesawat terbang menuju Moskow pada Kamis, (20/8/2020). Hal ini memicu kecurigaan bahwa yang bersangkutan, seorang pengkritik rezim Vladimir Putin, menjadi korban peracunan.
Navalny bukanlah korban pertama dalam kasus racun-meracun di Rusia. Ia justru baru satu di antara sederetan aktivis, bekas agen mata-mata, hingga wartawan yang tak henti mengkritik pola pemerintahan Kremlin, sebelum akhirnya tumbang oleh terjangan zat-zat beracun.
Russian protesters in Siberia, where #Navalny was poisoned after traveling to help opposition candidates in local elections. Signs:
—Starovoitova, Politkovskaya, Nemtsov…Navalny?#WeKnowWhoDidIt
—Putin, Drink Some Tea
—My Russia Has Been Poisoned
—We Know Who Did it—Navalny LIVE pic.twitter.com/JV7Gjd9Mu9
— Paula Chertok🗽 (@PaulaChertok) August 20, 2020
Alexander Litvinenko
Sebagai seorang mantan agen mata-mata Uni Soviet KGB, atau FSB (Polisi Federal) di era Rusia, Letnan-Kolonel Alexander Litvinenko keluar dari Rusia pada tahun 2000 lalu kabur ke London, Inggris. Enam tahun kemudian ia ditemukan jatuh sakit setelah meminum teh yang telah dicampur zat radioaktif polonium-210.
Ia meninggal dunia tiga pekan kemudian. Penyidik Inggris menemukan bahwa sejumlah agen Rusia telah membunuh Litvinenko, kemungkinan besar atas persetujuan Presiden Vladimir Putin. Meski begitu, Rusia menolak tudingan mengenai kejadian tersebut.
Polonium 210 also acts slowly, to allow the murderers to escape. See Alexander Litvinenko ‘before and after ‘ photos. pic.twitter.com/NXVerfyFzd
— argybargy (@argybargy1950) August 21, 2020
Sebelum kematiannya, Litvinenko membeberkan kepada para jurnalis bahwa FSB masih menjalankan misi rahasia berupa laboratorium racun di Moskow yang sudah ada sejak jaman Uni Soviet. Ia juga merupakan satu dari sejumlah orang yang menuduh Kremlin bersalah dalam kasus racun dioksin yang diberikan ke Presiden Ukraina Viktor Yushchenko selama kampanye pilpres 2004.
Anna Politkovskaya
Sebagai wartawan investigatif, Politkovskaya telah banyak mengkritik kekerasan pasukan Chechen terhadap kaum separatis di Chechnya.
Tahun 2004, ia jatuh sakit setelah meminum secangkir teh. Belakangan ia merasa telah diracun agar tidak melanjutkan liputannya mengenai sebuah sekolah di selatan Rusia. Dua tahun kemudian, Politkovskaya ditembak mati di luar apartemennya di kota Moskow, sebuah insiden yang mengundang kecaman dari dunia Barat.
Vladimir Kara-Murza
Aktivis oposisi Vladimir Kara-Murza Jr pernah opname dua kali akibat menjadi korban peracunan, yaitu pada tahun 2015 dan 2017. Pada insiden pertama, ia hampir mengalami gagal ginjal. Pada insiden kedua, ia mengalami koma namun mampu sembuh kembali. Polisi menolak menginvestigasi kasus tersebut, kata pengacara Kara-Murza.
Sergei dan Yulia Skripal
Sergei Skripal adalah mata-mata Rusia yang lantas bekerja untuk Inggris. Ia jatuh sakit saat berada di kota Salisbury, Inggris, pada tahun 2018. Ia dan anaknya, Yulia, ditengarai telah diracun dengan zat perusak syaraf Novichok. Keduanya lantas harus opnname dalam kondisi kritis.
The US is to impose sanctions on #Russia after determining that it used nerve agent against former Russian double agent Sergei #Skripal and his daughter, Yulia, in the #UK in March.
The move was announced on Wednesday by the US state department#Salisbury https://t.co/6DZIvXSQrJ pic.twitter.com/V7XrCxbHIG
— Anonymous Scandinavia 🌐 Assange⏳ #NoExtradition (@AnonScan) August 8, 2018
Dituduh bertanggung jawab, Kremlin berdalih bahwa Skripal sekadar 'bajingan' yang tak ada urusan dengan Kremlin. Skripal pernah diadili di Rusia, lantas menjadi bahan barter mata-mata pada tahun 2010.
Pyotr Verzilov
Pyotr Verzilov adalah anggota kelompok demonstran Rusia, Pussy Riot. Ia sempat dirawat di I.C.U. karena diduga diracun pada tahun 2018. Ia lantas diterbangkan ke sebuah rumah sakit di Jerman untuk melanjutkan perawatan.
Para dokter di Jerman mengatakan bahwa Pyotr "kemungkinan besar" diracun. Sang demonstran belakangan sembuh.