ERA.id - Kandidat petahana presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Jumat (23/10), menjanjikan para pendukungnya bahwa pandemi COVID-19 akan segera berakhir, usai kandidat lawannya, Joe Biden, menyerang penanganan wabah oleh pemerintahan Trump.
"Kita akan mengakhiri pandemi ini dengan cepat. [...] Kehidupan yang normal akan sepenuhnya kembali," kata Trump dalam sebuah kampanye di The Villages, Florida.
Pandemi itu, yang menewaskan lebih dari 223.000 orang di AS serta membuat jutaan orang di negara itu kehilangan pekerjaan, menjadi isu dominan dalam kampanye kedua kandidat.
Pada sebuah kampanye di Wilmington, Delaware, sebelumnya pada hari yang sama, Biden menyebutkan bahwa Trump telah menyerah menangani wabah.
Biden sendiri berjanji bahwa, jika terpilih sebagai presiden, ia akan meminta Kongres untuk menyetujui regulasi komprehensif terkait COVID-19 dan ia akan menandatanganinya dalam waktu 10 hari pertama masa jabatannya.
"Dia (Trump) sudah menyerah menangani Amerika. Dia hanya ingin kita jalan di tempat. Saya tidak akan mematikan perekonomian. Saya tidak akan mematikan negara ini. Saya akan mematikan virusnya," ujar Biden.
Sementara itu, Trump juga mengolok-olok Biden atas pernyataannya dalam debat final pada Kamis (22/10) mengenai situasi AS yang akan memasuki "musim dingin yang kelam" akibat wabah COVID-19.
Trump mengatakan Biden berupaya membesar-besarkan krisis virus korona untuk menakut-nakuti masyarakat AS demi mendulang suara.
Para peneliti dari Lembaga Metrik dan Evaluasi Kesehatan di Universitas Washington, AS, pada hari yang sama memperingatkan bahwa virus corona dapat menewaskan lebih dari setengah juta orang di negara itu hingga akhir Februari 2021.
Merujuk pada kajian yang dilakukan, mereka juga menyebut sekitar 130.000 nyawa dapat diselamatkan jika semua orang mengenakan masker.
Kurang dari dua pekan hingga hari pemungutan suara utama pada 3 November, lebih dari 52 juta warga Amerika sudah memberikan hak suara mereka.
Michael McDonald dari Proyek Pemilu di Universitas Florida serta sejumlah pakar lainnya memprediksi bahwa pemilu presiden kali ini akan mencapai rekor pemilih yang ikut serta, melampaui angka partisipasi pemilih pada pemilu sebelumnya sebesar 60 persen.