Turki Geram, Charlie Hebdo Bikin Karikatur Erdogan

| 29 Oct 2020 12:11
Turki Geram, Charlie Hebdo Bikin Karikatur Erdogan
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menjadi bahan karikatur vulgar dari koran satir Charlie Hebdo. (Foto: Twitter)

ERA.id - Koran satir Prancis Charlie Hebdo mempublikasikan gambar karikatur Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di halaman depan edisi terbaru surat kabar tersebut. Diancam akan dimeja-hijaukan oleh pemerintah Turki.

Erdogan sendiri telah berkomentar bahwa karikatur atas dirinya "menjijikkan", dan penyelidikan atas publikasi kartun tersebut ditengarai akan makin memanaskan silat lidah yang telah memuncak antara pihak Turki dan Prancis.

Sebelumnya, Erdogan sempat menuduh Presiden Prancis Emmanuel Macron perlu 'cek kejiwaan' setelah mengumbar komentar terhadap kaum Islam konservatif, menyusul dibunuhnya satu guru Sejarah awal Oktober lalu. Erdogan juga menuduh dunia Barat sedang mengejek Islam dan hendak "menggaungkan lagi Perang Pemberantasan," atau peristiwa sejarah panjang pertikaian antara dunia Muslim dan dunia Kristen.

Meski begitu, Erdogan mengaku belum melihat karikatur dirinya yang dibuat Charlie Hebdo, dan ia mengaku tak sudi melihat kartun tersebut, seperti diberitakan The Guardian.

Dalam kartun yang vulgar tersebut, Erdogan tampak sedang memakai kaus kutang dan mengangkat hijab seorang perempuan untuk memperlihatkan area pribadi perempuan tersebut.

Protes terhadap Charlie Hebdo
Warga Turki berunjuk rasa menentang koran satir Charlie Hebdo setelah diterbitkannya karikatur vulgar mirip Presiden Erdogan. (Foto: Al Jazeera/Twitter)

"Saya rasa salah bila saya melihat kartun tak bermoral tersebut... mereka para biadab yang menghina Nabi kita yang tercinta," kata Erdogan kepada para anggota parlemen Turki.

"Saya yakin musuh-musuh Turki dan Islam akan tenggelam dalam gelombang kebencian atas nama kebebasan. Inilah bukti bahwa Eropa telah kembali ke jaman kegelapan."

The Guardian menulis, Rabu (28/10/2020) bahwa investigator Ankara telah memulai proses penyidikan terhadap para direktur Charlie Hebdo, sementara Prancis sendiri mendesak pemberlakuan sanksi Uni Eropa terhadap Turki.

Di ibukota Paris, Prancis, sendiri protes masih berlanjut untuk menentang Presiden Macron yang dituduh menyebarkan semangat Islamofobia. Istana kepresidenan Prancis telah mengeluarkan pernyataan bahwa para pemimpin kampanye anti-Prancis telah melakukan "manipulasi politik" dan "propaganda".

Rekomendasi