ERA.id - Pemerintah Inggris dikabarkan akan menyediakan suplemen vitamin D selama empat bulan penuh kepada 2 juta warga lansia dan yang berdiam di rumah selama musim dingin.
Dalam sebuah pernyataan dari the National Institute for Health and Care Excellence (NICE), yang diterima oleh koran the Guardian, Minggu (15/11/2020), disebutkan bahwa "NICE dan PHE (Public Health England) menerima permintaan resmi dari Sekretaris Kesehatan dan Layanan Sosial, Matt Hancoc, pada 29 Oktober, agar vitamin D direkomendasikan sebagai pencegahan dan pengobatan COVID-19."
Langkah ini diambil setelah pemerintah Inggris mulai mempertimbangkan pemberian suplemen vitamin D pada kaum lansia dan yang berdiam di rumah selama musim dingin di Inggris. Ada kekhawatiran mengenai banyaknya orang yang akan kekurangan vitamin D karena terlalu lama berada di dalam ruangan selama pandemi korona ini.
Efek dari vitamin D pada sistem kekebalan tubuh manusia selama ini cukup diperbincangkan di kalangan para ahli, seperti ditulis di The Guardian. Beberapa penelitian mengatakan bahwa rendahnya tingkat vitamin D dalam tubuh meningkatkan kemungkinan kematian akibat COVID-19. Beberapa penelitian juga menyebut bahwa cukupnya vitamin D bisa mengurangi kerusakan jaringan akibat infeksi paru-paru yang disebabkan virus korona baru.
Namun, di lain pihak, seperti dipaparkan dalam jurnal BMJ Nutrition Prevention and Health bulan lalu, pandangan bahwa vitamin D merupakan obat ditengarai telah memperburuk tingkat kesehatan di rumah-rumah residensi kaum lansia atau panti jompo. Makalah tersebut menyarankan agar vitamin D harus dilihat sebagai semata-mata nutrisi kunci, bukan obat.
Studi terkini menemukan bahwa makin tingginya tingkat melanin pada kulit, sehingga menyebabkan warna kulit lebih gelap, menyebabkan makin sedikitnya vitamin D yang diproduksi tubuh. Itulah sebabnya warga Inggris yang kulitnya lebih gelap punya resiko lebih besar terinfeksi COVID-19.
Rencana pemberian suplemen vitamin D ini mendapat pujian dari sejumlah figur politik di Inggris. Mantan Menteri David Davis mengatakan bahwa program pemberian suplemen gratis ini adalah "aksi berbiaya rendah, nol resiko, dan sangat efektif".
Pemberian suplemen vitamin D pernah diujicoba di Spanyol, di mana 50 dari 76 pasien COVID-19 diberi suplemen calcifediol, bentuk aktif vitamin D. Setelah diteliti, hanya 1 orang yang menerima suplemen itu yang harus masuk ke ICU, dibandingkan 8 orang dari kelompok yang tidak mendapat suplemen. Dua pasien COVID-19 yang tidak mendapatkan calcifediol dalam penelitian itu meninggal dunia.