Tokoh Gereja Serbia Wafat Tiga Pekan Setelah Melepas Jenazah yang Terinfeksi COVID-19

| 22 Nov 2020 21:05
Tokoh Gereja Serbia Wafat Tiga Pekan Setelah Melepas Jenazah yang Terinfeksi COVID-19
Ilustrasi kebaktian di gereja. (Foto: Gabriella Clare Marino)

ERA.id - Wafatnya dua tokoh senior Gereja Ortodoks Serbia, di mana satu tokoh meninggal tiga pekan setelah berada di pemakaman tokoh yang satunya, menimbulkan pertanyaan soal apakah orang-orang di institusi keagamaan telah berupaya serius dalam mengerem laju penularan virus COVID-19.

Pada Sabtu (21/11/2020) sejumlah jemaat gereja ortodoks setempat memberi penghormatan terakhir pada Patriark Gereja Ortodoks Serbia Irinej. Mengabaikan anjuran dari pejabat kesehatan Kota Belgrade, beberapa dari mereka mencium kaca penutup peti jenazah.

Peristiwa ini terjadi tiga pekan setelah Irinej, yang telah berusia 90 tahun, memimpin doa di pemakaman Uskup Amfilohije di Kota Montenegro. Kala itu pemakaman dihadiri oleh ribuan orang yang banyak di antaranya mencium jenazah sang uskup yang diletakkan dalam peti terbuka, seperti diberitakan oleh Associated Press.

Dua peristiwa yang kemudian banyak diliput di media nasional terjadi ketika Serbia mencatatkan pertambahan ribuan kasus infeksi COVID-19 harian di dalam populasi yang hanya berjumlah total 7 juta orang, padahal pemerintah setempat telah berusaha memperketat pembatasan sosial di negara itu selama beberapa hari terakhir.

Saat ini ketika sistem kesehatan Serbia makin kelabakan dalam menerima datangnya pasien-pasien baru COVID-19, beberapa pasien di rumah-rumah sakit Kota Belgrade yang kondisinya tidak terlalu serius akhirnya harus dipindah ke beberapa rumah sakit lainnya.

Sayangnya, penyangkalan terhadap anjuran pejabat kesehatan tidak hanya terjadi di Serbia saja. Di California, AS, contohnya, warga mulai Sabtu malam dilarang berkumpul di luar rumah dari jam 22.00 hingga 05.00 pagi.

"Orang berkerumun dalam jumlah besar dan lupa pada aturan kesehatan - tak ada yang memakai masker, menjaga jarak, dan seringkali di dalam ruangan. Hal-hal tersebut seringnya terjadi di malam hari," kata Dr. Mark Cullen, pakar penyakit menular yang pernah bekerja di Stanford University.

Sebuah universitas di negara bagian Arizona, AS, dikabarkan terpaksa melarang para mahasiswa yang tidak melakukan tes COVID-19 dari kelas-kelas online, meski akhirnya tindakan ini memicu sejumlah komplain.

Di kota Chicago, pejabat gereja Katolik setempat mengatakan bahwa pastor dan pengelola pemakaman tidak diwajibkan untuk menghadiri sebuah pemakaman jika mereka khawatir acara tersebut akan dihadiri oleh lebih dari 10 orang.

Rekomendasi