China 'Tutup Pintu', Tak Ingin Mutasi COVID-19 Picu Wabah Berikutnya

| 23 Dec 2020 10:15
China 'Tutup Pintu', Tak Ingin Mutasi COVID-19 Picu Wabah Berikutnya
Ilustrasi - Para pemudik memadati kawasan pusat transportasi massal Dongzhimen, Beijing, untuk mengisi liburan akhir tahun di berbagai daerah di China. (ANTARA/M. Irfan Ilmie)

ERA.id - Kasus mutasi corona baru seperti yang merebak di Inggris belum ditemukan di China, namun pengamanan di negara berpenduduk terbanyak di dunia itu, khususnya di wilayah Ibu Kota Beijing diperketat.

China telah mengambil langkah-langkah pencegahan dalam menghadapi meningkatnya risiko infeksi dari para pendatang agar jangan sampai menular pada warga lokal, demikian pernyataan Deputi Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular China (CCDC) Feng Zijian dikutip media penyiaran setempat, Rabu (23/12/2020) seperti diberitakan ANTARA.

Menurut dia, sejauh ini tidak ditemukan kasus mutasi corona baru di negaranya, baik melalui para pendatang asing maupun komoditas impor.

Pihaknya sedang menyusun langkah-langkah strategis untuk menghalau masuknya virus corona jenis baru yang sekarang merebak di Inggris itu. Ketatnya pengamanan di Beijing sudah terlihat dalam beberapa hari terakhir, terutama di Distrik Chaoyang setelah ditemukan dua kasus impor baru dari salah satu hotel.

Kedutaan China di London juga menangguhkan pemberian visa kepada siapa saja yang hendak bepergian ke China.

Pemerintah Hong Kong juga telah melarang semua penerbangan dari Inggris mulai Selasa (22/12) dan akan berlaku hingga 10 Januari 2021.

Pakar penyakit menular saluran pernapasan terkemuka di China Prof Zhong Nanshan mengaku belum menemukan bukti nyata bahwa virus corona jenis baru yang terdeteksi di Inggris dapat melumpuhkan vaksin COVID-19. Masih harus diteliti lagi, apakah jenis virus korona yang baru terdeteksi di Inggris itu dapat merusak kemanjuran vaksin COVID-19 sudah tersedia di berbagai negara, ujarnya.

China menjadi negara pertama yang merasakan gelombang pasien COVID-19 pada akhir tahun 2019, dimulai dari terinfeksinya satu pria di Provinsi Hubei, China. Sejak itu, pemerintahan Presiden China Xi Jinping pontang-panting dalam menekan pertambahan jumlah kasus baru, misalnya dengan mengkarantina total Kota Wuhan selama 2 bulan lebih hingga melakukan pengetesan ke 11 juta penduduk ketika ada enam pasien korona baru pada 12 Mei lalu.

Kehidupan di Negeri Tirai Bambu kini relatif sudah kembali normal. Media BBC melaporkan bahwa per Agustus, jalanan Kota Wuhan sudah kembali dipadati warga yang tidak memakai masker. Wuhan juga sudah tidak menemukan kasus COVID-19 baru sejak pertengahan Mei.

Rekomendasi