Tolak Karantina, Ratusan Turis Asal Inggris Diam-Diam Kabur dari Resor Ski

| 28 Dec 2020 20:45
Tolak Karantina, Ratusan Turis Asal Inggris Diam-Diam Kabur dari Resor Ski
Ilustrasi resort ski di Pegunungan Alpes. (Foto: Robert Bye/Unsplash)

ERA.id - Ratusan turis asal Inggris kabur dari resor ski Verbier di Swiss, pekan ini, karena mereka menolak karantina yang diterapkan untuk meredam persebaran varian virus Coronavirus Disease (COVID-19) yang sedang marak di Inggris.

Seperti diberitakan di The Guardian, (28/12/2020), pemerintah Swiss langsung menerapkan sebuah aturan khusus menyusul ditemukannya varian virus korona di Inggris. Aturan tersebut, diterapkan sejak 21 Desember, berbunyi setiap orang yang datang dari Inggris sejak 14 Desember diwajibkan melakukan isolasi mandiri selama sepuluh hari sejak kedatangan mereka.

Aturan karantina ini pun berdampak pada ratusan turis Inggris yang rencananya merayakan Natal di Verbier, sebuah desa di Pegunungan Alpine yang mendapat julukan 'London Kecil' dari warga setempat karena 20 persen wisatawan yang hadir ke resor tersebut umumnya adalah warga negara Inggris.

Pemerintah Swis pun berhasil melacak 420 turis yang datang dari Inggris, lalu meminta mereka untuk melakukan karantina.

Namun, berdasarkan laporan dari koran Swiss SonntagsZeitung, kurang lebih setengah dari turis Inggris itu kabur secara diam-diam dari resor Verbier. Beberapa orang memberitahu bahwa mereka telah berada di Prancis.

"Kebanyakan dari mereka hanya mengisolasi diri selama satu hari sebelum akhirnya bergerak dalam kegelapan malam," kata Jean-Marc Sandoz, pegawai komunikasi di dusun Bagnes.

Karena penerbangan dari Swiss dan Inggris ditangguhkan sejak Minggu, 20 Desember, awalnya tidak jelas ke mana para wisatawan tersebut pergi, kata Sandoz. Namun, ia mengetahui beberapa tamu menelepon hotel dari suatu lokasi untuk bertanya apakah mereka tetap harus membayar biaya menginap selama beberapa malam di hotel tersebut.

Koran SonntagsZeitung mengabarkan bahwa di Swiss saat ini terdapat "sentimen anti warga asing" terutama terhadap warga Inggris menyusul laporan bahwa varian virus COVID-19 di Inggris 70 persen lebih menular dari varian lainnya.

"Tiap orang yang berbicara dalam bahasa Inggris pasti dicurigai," tulis koran tersebut.

Media tersebut juga melaporkan seorang nenek asal London terpaksa harus mengurung diri di rumahnya di Verbier. "Selama berhari-hari saya terus-terusan dicurigai. Rasanya terlalu berlebihan."

Rekomendasi