ERA.id - Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Sri Rezeki meluruskan soal kabar mengenai 23 orang lansia di Norwegia yang meninggal dunia usai vaksinasi COVID-19 buatan Pfizer.
Menurutnya, kabar tersebut belum dapat dipercaya sepenuhnya, sebab hingga hari ini lembaga yang berwenang di Norwegia belum mengeluarkan pengumuman resmi mengenai adanya kematian yang diakibatkan pasca vaksin COVID-19 buatan Pfizer.
"Kan kabarnya menyuntikannya di panti jompo nih dan kebanyakan di sana itu memang sebulan yang meninggal saja 300. Jadi setelah ada suntikan kok kenaikannya nggak sinifikan? Jadi ini dikatakan ini bener dari vaksin atau apa?" kata Sri dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (19/1/2021).
"Tapi itu belum ada pengumuman resmi dari Badan POM di sana, belum keluar," imbuhnya.
Lebih lanjut, Sri mengatakan, untuk di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini sebaiknya memang program vaksinasi mengutamakan usia-usia produktif. Sebab lebih beresiko menularkan virus karena mobilitas usia produktif cukup tinggi.
Harapannya, kata Sri, jika kelompok usia 18-59 tahun ini 70 persennya sudah divaksinasi, maka kekebalan kelompok atau herd immunity segera terbentuk di tengah masyarakat.
"Jadi orang yang tidak mau divaksinasi itu harusnya malu dan berterima kasih sama yang lain karena sudah divaksin jadi tidak menularkan lagi. Perasaan itu harus kita terbitkan di dalam vaksinasi massal ini terutama pandemi," tegas Sri.
Sebelumnya, melansir Bloomberg, (15/1/2021), otoritas kesehatan Norwegia menyatakan 23 orang warga setempat meninggal beberapa saat setelah menerima suntikan pertama vaksin COVID-19. Dari kasus-kasus tersebut, 13 jenazah telah diotopsi dan ditemukan kemungkinan mereka meninggal akibat efek samping ringan yang ditimbulkan vaksin. Efek samping vaksin menimbulkan reaksi parah di kalangan lansia yang sedang dalam kondisi rapuh, demikian kata Norwegian Medicines Agency.
"Efek samping yang ringan dari suatu vaksin bisa menimbulkan konsekuensi serius bagi mereka yang kondisinya sangat lemah," kata Norwegian Institute of Public Health.
"Untuk mereka yang harapan hidupnya tinggal sedikit, kegunaan vaksin pun menjadi sangat kecil atau tidak relevan."
Pendapat institusi tersebut tidak berarti bahwa warga yang usianya muda dan badannya sehat harus ikut menghindari vaksinasi. Seperti disampaikan Emer Cooke, kepala European Medicines Agency, temuan di Norwegia lebih menunjukkan perlunya penelusuran yang lebih ketat terhadap vaksin-vaksin COVID-19, khususnya yang menggunakan teknologi baru seperti mRNA.
Saat ini perusahaan vaksin Pfizer-BioNTech tengah membantu regulator kesehatan Norwegia dalam menyelidiki kasus kematian di atas, demikian kata juru bicara Pfizer kepada Bloomberg.
Pfizer memastikan bahwa "jumlah insiden yang saat ini muncul belum berada di taraf mengkhawatirkan, dan sesuai dengan ekspektasi selama ini".