Pasar Baghdad Diguncang Dua Bom Sekaligus, Sedikitnya 23 Orang Tewas

| 21 Jan 2021 17:55
Pasar Baghdad Diguncang Dua Bom Sekaligus, Sedikitnya 23 Orang Tewas
Dokumentasi - Pengunjuk rasa Irak melarikan diri dari tabung gas air mata saat protes anti-pemerintah di Baghdad, Irak, Senin (26/10/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Khalid al-Mousily/hp/cfo (REUTERS/KHALID AL-MOUSILY)

ERA.id - Dua bom bunuh diri menewaskan sedikitnya 23 orang dan melukai 50 orang lainnya di sebuah pasar di Kota Baghdad, Irak, pada Kamis, (21/1/2021). Peristiwa semacam ini tak pernah terjadi selama beberapa tahun terakhir, sebut pihak keamanan dan media setempat.

Sejauh ini belum ada pihak yang mengaku bertanggungjawab atas pengeboman tersebut, melansir Reuters. Bom bunuh diri sudah menjadi peristiwa langka di ibu kota Irak tersebut sejak kekalahan militan Negara Islam di thaun 2017. Bom bunuh diri terakhir terjadi pada tahun 2018.

Pada Kamis ini, sebut sumber militer, dua orang pelaku penyerangan yang menggunakan rompi berisi bom meledakkan diri ketika berada di tengah keramaian pasar Tayaran Square di pusat Baghdad. Akibatnya, sejumlah orang tewas di tempat.

Sejauh ini angka korban jiwa mencapai 23 orang, dan diprediksi akan terus bertambah mengingat beberapa orang yang terluka saat ini dalam kondisi kritis, lapor Reuters mengutip juru bicara kementerian dalam negeri Irak.

Sebuah video tampak diambil dari atas atap sebuah rumah dan menunjukkan bahwa ledakan bom yang kedua membuat banyak orang berhamburan menyelamatkan diri. Selain video tersebut, yang telah beredar luas di media sosial, sejumlah foto menunjukkan beberapa orang dalam keadaan telah meninggal dunia atau penuh luka.

Peristiwa bom bunuh diri di tahun 2018 lalu juga terjadi di Tayaran Square. Kala itu setidaknya 27 orang tewas.

Pemerintah Irak sejauh ini belum mengumumkan dugaan siapa otak di balik ledakan bom tersebut. Namun, mereka telah menyebut peristiwa hari Kamis sebagai serangan teror, pernyataan yang biasanya mengacu ke Negara Islam.

Hingga kini militan dari grup tersebut beberapa masih tinggal di Irak, melancarkan aksi pemberontakan terhadap angkatan militer Irak dan menyerang pejabat pemerintahan di kawasan utara Irak.

Otoritas keamanan mengatakan bahwa sisa-sisa Negara Islam terlalu lemah untuk bisa merebut suatu teritori, meski mereka akan tetap menjadi ancaman stabilitas dan keamanan Irak.

Rekomendasi