Afrika Selatan Tunda Pakai Vaksin AstraZeneca/Oxford, Kurang Efektif Atasi Varian COVID-19

| 08 Feb 2021 12:25
Afrika Selatan Tunda Pakai Vaksin AstraZeneca/Oxford, Kurang Efektif Atasi Varian COVID-19
Vaksin AstraZeneca/Oxford juga dibuat oleh Serum Institute of India dan dipasarkan dengan nama 'Covishield'. (Foto: Wikimedia Commons)

ERA.id - Negara Afrika Selatan telah berhenti menggunakan vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca/Oxford dalam program imunisasi mereka menyusul informasi bahwa vaksin tersebut kurang manjur dalam melawan infeksi varian 501Y.V2 yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan.

Melansir Al Jazeera, pengumuman ini diberikan oleh Menteri Kesehatan Afrika Selatan Zweli Mikhize pada Minggu, (7/2/2021). Otoritas kesehatan setempat akan menyetop penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca/Oxford dan menunggu saran dari komite peneliti mengenai langkah selanjutnya.

Afrika Selatan sebelumnya berencana menyuntikkan vaksin AstraZeneca/Oxford kepada para tenaga kesehatan, setelah pemerintah negara itu mendapat 1 juta dosis vaksin tersebut dari Serum Institute of India.

Dalam waktu beberapa pekan ke depan, Afrika Selatan dikabarkan akan tetap melanjutkan vaksinasi menggunakan vaksin Johnson & Johnson dan Pfizer.

"Ketika terdapat informasi terbaru dan virus terus bermutasi, kami harus mengambil keputusan. Inilah kenapa kami menunda penggunaan vaksin AstraZeneca. Dalam waktu beberapa pekan ke depan, Afrika Selatan akan memakai vaksin J&J dan Pfizer," kata Menkes Mikhize seperti dikutip situs The Independent Online.

Informasi yang dipakai oleh Kementerian Kesehatan Afrika Selatan ini berasal dari pengujian oleh Universitas Witwaterstand di Johannesburg. Pada Minggu, tim penelitian universitas tersebut menyatakan bahwa vaksin AstraZeneca/Oxford "hanya memberi sedikit perlindungan terhadap infeksi ringan dan sedang (dari varian COVID-19 Afrika Selatan)".

Melansir Al Jazeera, AstraZeneca sendiri menyatakan bahwa tak satupun dari 2.000 peserta uji klinis yang menunjukkan gejala terinfeksi. Dalam makalah yang akan dirilis Senin ini, perusahaan asal Swedia tersebut menekankan bahwa vaksin mereka mampu melindungi seseorang dari infeksi parah COVID-19, meski data yang saat ini dimiliki belum bisa memberi kesimpulan yang solid.

Juru bicara AstraZeneca telah menyatakan bahwa perusahaannya telah memulai proses adaptasi terhadap virus COVID-19 varian 501Y.V2 dan "akan bergerak cepat dalam pengembangan klinis sehingga pembaruan ini bisa tersedia paling cepat pada musim gugur, jika diperlukan."

Rekomendasi