Dua Kota di Myanmar Darurat Militer, Makin Banyak Demonstran Tewas

| 15 Mar 2021 12:17
Dua Kota di Myanmar Darurat Militer, Makin Banyak Demonstran Tewas
Situasi kota Yangon, Myanmar, yang dipenuhi kepulan asap dan api di tengah rangkaian demonstrasi anti-kudeta, Senin, (15/3/2021). (Foto: Twitter)

ERA.id - Setidaknya 38 pengunjuk rasa tewas oleh senjata aparat di Myanmar, Minggu, (14/3/2021), seperti disampaikan sebuah grup advokasi. Di saat yang sama, pemimpin junta militer menerapkan darurat militer ke dua  kawasan di kota Yangon, di mana beberapa pabrik milik China dibakar massa.

Seorang polisi juga dikabarkan tewas pada Minggu, menjadikan hari tersebut salah satu yang paling kacau-balau sejak demonstrasi anti-kudeta dimulai enam pekan yang lalu.

Kelompok advokasi the Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) menyatakan kini total ada 126 warga Myanmar yang tewas dalam "tindakan kasar dan tak beralasan" oleh aparat. Kelompok ini juga memperingatkan bahwa jumlah korban jiwa "bertambah drastis". Selain itu, kini lebih dari 2.150 warga Myanmar telah ditahan per hari Sabtu lalu.

Ketika demonstrasi terus berlangsung, pada Minggu, media nasional Myanmar mengumumkan bahwa situasi darurat militer telah diterapkan untuk kawasan Hlaing Thar Yar dan kota Shwepyitha.

Junta militer "memberi kuasa darurat militer secara administratif dan yudikatif kepada komandan regional di Yangon untuk menerapkan pengamanan, serta menegakkan hukum dan ketertiban secara lebih efektif," demikian disebut media setempat, dilansir oleh Al Jazeera.

Televisi plat-merah Myanmar, Myawadday, menyatakan bahwa tindakan aparat militer ini didasari tindakan massa yang membakar empat pabrik pakaian dan satu pabrik pupuk. Dalam insiden tersebut, sekitar 2.000 orang juga mencegah unit pemadam kebakaran untuk mencapai lokasi.

Al Jazeera menyatakan belum bisa mendapatkan klarifikasi dari juru bicara junta militer Myanmar.

Doctor Sasa, mewakili para legislator terpilih yang telah mendirikan pemerintahan paralel, menyatakan solidaritas pada warga yang terdampak oleh tindakan pihak militer.

"Para pelaku, penyerang, musuk rakyat Myanmar, Dewan Administrasi Negara (SAC) yang jahat bakal dimintai tanggung jawab atas setiap tetes darah akibat perlakuan mereka," kata dia, dikutip Al Jazeera.

Pada hari Minggu, di tengah insiden pembakaran pabrik milik China, setidaknya 22 warga sipil tewas dan lebih dari 20 warga lainnya terluka, termasuk tiga orang yang saat itu dalam kondisi kritis, demikian dilaporkan AAPP.

Kedutaan besar China di Myanmar menyatakan beberapa staf WNA China ikut terluka dan terjebak dalam pabrik yang jadi obyek penjarahan dan pembakaran massa.

Sepanjang hari, warga yang bersembunyi di dalam rumah mengaku mendengarkan lontaran tembakan, sementara kendaraan militer tampak menyusuri jalanan kawasan Hlaing Thar Yar, demikian lapor Al Jazeera.

Rekomendasi