ERA.id - Para demonstran anti kudeta Myanmar mengamuk pada Minggu (14/3) malam. Mereka menjadikan pabrik-pabrik milik perusahaan China sebagai sasaran. Setidaknya 10 pabrik China dibakar dan dirusak. Akibatnya 18 orang tewas.
Sekelompok besar pengunjuk rasa yang sebagian besar menyerukan agar pemerintah negara yang terpilih secara demokratis dibebaskan dari tahanan setelah kudeta militer pada 1 Februari mulai menargetkan bisnis-bisnis China di Yangon. Aksi anarki pun tak terhindarkan.
Kedutaan Besar China di Yangon mendesak para pemimpin militer Myanmar untuk mengambil tindakan dan memberlakukan darurat militer untuk melindungi warganya.
Sekelompok orang bersenjatakan batang besi, kapak, dan bensin dilaporkan membakar dan merusak 10 pabrik China di pinggiran kota Hlaing Tharyar.
“Beberapa pabrik dijarah dan dihancurkan dan banyak staf China terluka dan terjebak,” bunyi pernyataan pemerintah China seperti dikutip dari Nikkei Asia, Senin (15/3/2021).
China juga mendesak Myanmar untuk mengambil langkah-langkah efektif lebih lanjut untuk menghentikan semua tindakan kekerasan, menghukum pelaku sesuai dengan hukum dan memastikan keselamatan jiwa dan properti perusahaan dan personel China di Myanmar.
Lebih dari 80 orang tewas dalam protes massal sejak militer menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi dari kekuasaa jumlah korban diperkirakan akan meningkat secara dramatis setelah kekerasan hari Minggu.
Negara Asia Tenggara, yang berbagi perbatasan yang luas dengan China di timur lautnya, memiliki sejarah panjang kekerasan etnis, tetapi sejak kudeta militer, kemarahan terhadap komunitas China di negara itu telah meningkat secara substansial.