Wabah Corona Memburuk, India Potong Ekspor Vaksin AstraZeneca

| 26 Mar 2021 13:54
Wabah Corona Memburuk, India Potong Ekspor Vaksin AstraZeneca
Vaksin COVID-19, Covishield, yang dibuat oleh Serum Institute of India. (Foto: Wikimedia Commons)

ERA.id - Di tengah memburuknya wabah COVID-19, India 'memutar balik' distribusi vaksin corona dari yang semula bakal diekspor menjadi untuk suplai dalam negeri.

Berdasarkan laporan New York Times, (25/3/2021), pemerintah India saat ini menahan ekspor 2,4 juta dosis vaksin corona AstraZeneca yang diproduksi di Serum Institute of India setiap harinya.

India saat ini berusaha mendapatkan sebanyak-banyaknya vaksin yang mereka produksi di dalam negeri. Tingkat infeksi melonjak hingga melampaui 50 ribu kasus per hari, atau hampir dua kali dibanding tingkat infeksi dua pekan lalu. Di sisi lain, program vaksinasi India berjalan tersendat-sendat. Saat ini dari 1,4 miliar penduduk India, baru kurang dari 4 persennya yang telah disuntik vaksin corona. Angka tersebut jauh dari pencapaian di Amerika Serikat, Inggris, hingga negara-negara Eropa.

Sempat mengekspor vaksin AstraZeneca secara besar-besaran ke sejumlah negara - dengan tujuan menambah pengaruh di kawasan Asia Selatan dan seluruh dunia - India telah banyak mengurangi angka ekspor tersebut selama dua pekan terakhir, seperti bisa dilihat dari data Kementerian Luar Negeri India.

Program COVAX, yang didirikan untuk menyediakan vaksin di negara-negara miskin, pada Kamis juga mengatakan bahwa 100 juta dosis vaksin yang rencananya bakal dikirim bulan Maret dan April bakal tertunda karena "tingginya permintaan vaksin COVID-19 di India".

Pemerintah India belum memberi komentar mengenai situasi ini, sebut NYTimes.

Serum Institute of India sendiri telah setuju memproduksi vaksin AstraZeneca untuk negara-negara berpendapatan menenagah hingga rendah. Namun, karena permasalahan produksi di pabrik AstraZeneca di Belgia dan Belanda, negara-negara maju seperti Kanada, Arab Saudi, dan Inggris pun harus bergantung pada suplai dari India. Dengan itu, posisi Serum Institute of India pun menjadi sangat krusial dalam rantai pasok vaksin global.

Indonesia sendiri juga menerima suplai vaksin AstraZeneca lewat program COVAX Facility. Namun, juru bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyatakan suplai vaksin untuk Indonesia tidak akan tersendat.

“Kedatangan dan jumah dosis Vaksin AstraZeneca masih sama dengan seperti yang telah disampaikan,” kata Wiku dalam telekonferensi pers di Jakarta, Kamis.

Rencananya, Indonesia akan menerima Vaksin AstraZeneca sebanyak 11.704.800 dosis dalam gelombang pertama hingga Mei 2021. Suplai ini akan didatangkan dari produsen vaksin AstraZeneca di Korea Selatan.

Yang paling terdampak dari macetnya suplai vaksin semacam ini adalah negara-negara miskin, yang kemungkinan besar baru bisa memvaksin populasinya secara luas pada tahun 2023 atau 2024, seperti disebut Olivier Wouters, profesor kebijakan kesehatan dari London School of Economics.

Dengan beredar luasnya varian virus corona baru, kata dia, tiap negara di dunia akan lebih baik bila saling bekerja sama untuk memvaksinasi seluruh populasi global.

"Banyak negara di dunia, terutama yang ekonominya lebih lemah, kini bergantung pada India," kata Wouters. "Sikap nasionalis terhadap suplai vaksin justru akan memperburuk keadaan kita semua."

Rekomendasi