ERA.id - Produsen AstraZeneca tidak dapat mengekspor vaksin COVID-19 ke luar Eropa sampai kontraknya dengan Uni Eropa (EU) terpenuhi, demikian sebut Kepala Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen.
Hal ini disampaikan oleh von der Leyen usai rapat para pemimpin blok beranggotakan 27 negara itu, dilansir dari ANTARA, (26/3/2021).
"Kami harus dan ingin menjelaskan kepada warga kami di Eropa bahwa mereka mendapatkan bagian yang rata," katanya saat konferensi pers Kamis malam (25/3). Von der Leyen menambahkan bahwa perusahaan-perusahaan harus menghormati kontrak mereka dengan EU sebelum melakukan ekspor ke kawasan lain Eropa.
"Dan ini tentunya terkait dengan AstraZeneca," kata von der Leyen.
"Saya rasa jelas bagi perusahaan tersebut bahwa, pertama-tama perusahaan itu harus memenuhi, menghormati kontrak dengan negara-negara anggota EU, sebelum bisa terlibat lagi dengan aktivitas ekspor vaksin."
Sementara itu, dilansir dari BBC, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan pada wartawan bahwa pernyataan Uni Eropa menandai "berakhirnya sikap naif" dari Eropa.
Program vaksinasi di kawasan Eropa dimulai dengan tersendat-sendat, dan blok tersebut menuduh perusahaan farmasi - terutama AstraZeneca - tak mampu menyediakan dosis vaksin sejumlah yang dijanjikan. Pihak AstraZeneca sendiri membantah jika disebut tidak menghargai kontrak, demikian sebut BBC.
Uni Eropa sendiri telah mendapat kritikan dari Inggris dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atas pengendalian ekspor vaksin yang diproduksi di kawasan tersebut, atau biasa disebut 'vaccine nationalism'.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyebut blokade ekspor "tidak masuk akal". Ia juga memperingatkan bahwa aturan tersebut - yang turut menyetop suplai vaksin Pfizer/BioNTech yang diproduksi di Belgia - bakal mengganggu proses vaksinasi di Inggris.
Von der Leyen telah menepis tuduhan Uni Eropa ingin menguasai vaksin buatan negara anggota mereka. Ia menyatakan bahwa Eropa adalah "kawasan yang mengekspor paling banyak vaksin ke seluruh dunia."
"Coba saingi keterbukaan kami," kata dia. Kepala Uni Eropa tersebut sebelumnya mencuit di Twitter bahwa Uni Eropa telah mengirim 77 juta dosis vaksin ke 33 negara sejak Desember.