Junta Myanmar Obral Janji Demokrasi di Tengah Represi Militer

| 27 Mar 2021 11:30
Junta Myanmar Obral Janji Demokrasi di Tengah Represi Militer
ARSIP FOTO: Pendemo memegang tameng dengan gambar pemimpin junta militer Myanmar Jenderal Ming Aung Hlaing, saat berunjuk rasa menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, (1/3/2021). (ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/WSJ/djo)

ERA.id - Pemimpin junta Myanmar Min Aung Hlaing menegaskan kembali janjinya pada Sabtu, (27/3/2021), untuk mengadakan pemilihan umum setelah kudeta bulan lalu. Ia juga mengatakan tindakan kekerasan tidaklah pantas dilakukan, sementara tentara secara paksa bersikap represif terhadap demonstrasi yang menentang penggulingan kekuasaan oleh militer.

Berbicara pada parade tahunan Hari Angkatan Bersenjata, dia menyambut kehadiran pasukan Rusia dan mengatakan Rusia adalah "teman sejati", demikian seperti dilansir dari ANTARA.

Dia mengatakan tentara harus merebut kekuasaan pada 1 Februari karena tindakan melanggar hukum oleh Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) serta oleh pemimpin yang kini ditahan, Aung San Suu Kyi.

Dia menambahkan bahwa beberapa pemimpin partai telah dinyatakan bersalah melakukan korupsi dan tindakan hukum diambil untuk melawan mereka.

Kudeta militer di Myanmar itu mendapat protes dari para pemimpin dunia, Seken PBB Antonio Guterres dan Paus Fransiskus.

Presiden AS Joe Biden mengatakan dalam demokrasi, tentara tidak dapat membatalkan pemilu yang sudah disahkan oleh lembaga pemilihan umum.

Rekomendasi