Mulai 1 Mei, Presiden Biden Akan Tarik Pasukan AS dari Afghanistan

| 15 Apr 2021 11:45
Mulai 1 Mei, Presiden Biden Akan Tarik Pasukan AS dari Afghanistan
Sejumlah tentara melakukan patroli di Afghanistan. (Foto: Defence Images/Flickr)

ERA.id - Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Rabu, (14/4/2021), menyatakan akan mulai menarik pasukan AS dari Afghanistan per 1 Mei, mengakhiri perang terlama yang dijalani Amerika Serikat, yang dimulai hampir dua dekade yang lalu.

Dalam pidatonya di Gedung Putih, Rabu, Biden mengakui bahwa tujuan AS di Afghanistan menjadi "semakin tidak jelas" selama sepuluh tahun terakhir. Ia telah memutuskan 2.500 pasukan AS yang masih ada di Afghanistan harus sudah ditarik pulang per 11 September, atau tepat 20 tahun setelah serangan al Qaeda pada dua gedung World Trade Center (WTC) yang memicu 'perang terhadap teror'.

Gedung WTC
Gedung World Trade Center (WTC) yang menjadi target serangan al Qaeda pada 11 September 2001, memicu pencanangan 'war on terror' oleh pemerintah Amerika Serikat. (Foto: Wikimedia Commons)

"(Perang) itu tidak dimaksudkan untuk menjadi urusan multi-generasi. Kita diserang. Kita berperang dengan tujuan yang jelas. Kita berhasil meraih tujuan itu," sebut Biden, sambil menambahkan bahwa pasukan AS telah berhasil membunuh pimpinan al Qaeda Osama bin Laden pada tahun 2011, dan mengatakan bahwa al Qaeda telah "melemah" di Afghanistan.

"Dan ini saatnya untuk mengakhiri perang abadi tersebut," sebut Biden, seperti dikutip Reuters.

Perang di Afghanistan disebut telah menewaskan 2.448 tentara Amerika dan menghabiskan dana hingga 2 triliun dolar AS. Jumlah tentara AS yang dikirim ke Afghanistan mencapai puncaknya di tahun 2011, yaitu sejumlah 100 ribu personil.

Tenggat penarikan pasukan pada 1 Mei adalah 'warisan' keputusan presiden AS terdahulu, Donald Trump, yang berkomitmen, namun gagal, menarik pasukan sebelum masa akhir jabatannya. Presiden Biden menambahkan 11 September sebagai tenggat akhir penarikan pasukan AS dari negara Timur Tengah tersebut.

Penarikan pasukan AS sendiri memicu sejumlah kekhawatiran terkait bila al Qaeda bakal kembali berkuasa atau milisi Taliban bakal menundukkan pemerintahan dukungan AS di Kabul.

"Saya menjadi presiden Amerika keempat yang memimpin keberadaan pasukan Amerika di Afghanistan," sebut Biden. "Saya tidak ingin melimpahkan tanggung jawab ini kepada presiden kelima."

Dalam rapat dengan pejabat Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Brussels, Sekretaris Dalam Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa pasukan asing di bawah komando NATO di Afghanistan bakal ditarik seiring mundurnya pasukan AS di tanggal 11 September. Sebelumnya Jerman menyatakan juga akan mengikuti langkah AS.

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, via Twitter, menyatakan telah berbicara dengan Biden dan mengaku menghormati keputusan AS. Ghani mengatakan "kami akan bekerja sama dengan mitra AS kami agar transisi berjalan lancar" dan "kami akan terus bekerjasama dengan mitra AS/NATO dalam upaya perdamaian ke depan."

Pihak Taliban, yang kekuasaannya digulingkan oleh pasukan AS pada tahun 2001, menyatakan mereka tidak akan ikut campur dalam pertemuan apapun terkait Afghanistan sebelum seluruh pasukang asing hengkang dari wilayah tersebut.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid, dikutip Reuters, pada Rabu, meminta Amerika Serikat untuk menaati kesepakatan yang kelompoknya telah capai dengan AS saat masih dipimpin Donald Trump.

"Jika kesepakatan itu dilaksanakan, masalah yang masih ada saat ini juga akan terselesaikan," tulis Mujahid via Twitter. "Jika kesepakatan itu tidak diindahkan... permasalahannya akan terus bertambah."

Rekomendasi