Ratusan Nelayan Korsel Kecam Rencana Buangan Limbah PLTN Fukushima

| 30 Apr 2021 19:22
Ratusan Nelayan Korsel Kecam Rencana Buangan Limbah PLTN Fukushima
Foto udara memperlihatkan tangki penyimpanan untuk air olahan di pembangkit tenaga nuklir Fukushima Daiichi yang lumpuh akibat tsunami di kota Okuma, prefektur Fukushima, Jepang, 13 Februari 2021. (Foto: ANTARA FOTO/Kyodo/via REUTERS/hp/cfo)

ERA.id - Ratusan nelayan Korea Selatan di seluruh negeri pada Jumat, (30/4/2021), mengadakan protes meminta Jepang membatalkan keputusannya untuk melepaskan air kontaminan dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima ke laut.

Melansir ANTARA, sekitar 800 nelayan  berpartisipasi dalam aksi unjuk rasa di pelabuhan di sembilan kota, menurut Federasi Koperasi Perikanan Nasional Korea Selatan.

Di satu pelabuhan di Gungpyeong di pantai barat Korsel, para nelayan memegang spanduk anti-Jepang dan meneriakkan slogan-slogan seperti "Tarik keputusan Jepang" dan "Mengutuk serangan air nuklir yang tidak bertanggung jawab".

Terdapat sebanyak 20 kapal nelayan Korea Selatan dengan spanduk yang mengecam keputusan Jepang berlayar di dekat pelabuhan.

"Ayah saya mewariskan laut ini kepada saya dan saya akan meneruskannya kepada putra saya, yang juga mencari ikan," kata Park Re-seung, kepala desa nelayan Yongdu-ri, yang telah bekerja di industri perikanan selama 38 tahun.

"Mengapa Jepang melakukan ini? Bagaimana mereka bisa melakukan hal yang begitu buruk terhadap laut? Bukankah mereka makan ikan?," ujar Park.

Bulan ini Jepang mengatakan bakal melepaskan lebih dari 1 juta ton air yang terkontaminasi ke luar dari PLTN Fukushima, yang lumpuh akibat gempa buim dan tsunami 2011. Air limbah nuklir itu pertama-tama bakal disaring dan diproses terlebih dahulu untuk menghilangkan isotop berbahaya.

Rencana Jepang tersebut mendapat tentangan langsung dari para tetangganya Korea Selatan, China dan Taiwan.

"Bagi kami, masalah ini adalah tentang mencari nafkah. Jika pelanggan terus melihat berita pelepasan air (limbah nuklir), mereka bahkan tidak akan membeli ikan yang kami tangkap di sini," ucap Park.

Rekomendasi