ERA.id - Serangan yang dilancarkan oleh Rusia ke Ukraina membawa dampak buruk bagi perekonomian dunia. Harga minyak tembus 100 dolar AS atau Rp1,4 juta per barel usai Rusia menyerang Ukraina.
Kenaikan ini merupakan level tertinggi yang dilihat oleh patokan internasional berjangka minyak mentah Brent dalam lebih dari tujuh tahun.
Harga melonjak awal pekan ini di situasi yang memanas sekaligus di tengah sanksi ekonomi dan langkah untuk memblokir pipa gas Rusia.
Diketahui Rusia merupakan pengekspor minyak mentar terbesar kedua setelah Arab Saudi. Selain itu, Rusia juga tercatat sebagai pengekspor gas alam terbesar di dunia.
"Kita bisa melihat harga menjaga momentum," kata Tina Teng, analis pasar di CMC Markets, dikutip BBC, Kamis (24/2/2022).
Presiden Valdamir Putin resmi meluncurkan operasi militer khusus di wilayah Donbas, di Ukraina Timur. Putin meminta agar pasukan militer meletakkan senjata dan kembali ke rumah.
Sementara itu, Amerika Serikat mengutuk serangan Rusia dengan menjatuhkan hukuman pada perusahaan Rusia di belakang pipa gas Nord Stream 2 dan pejabat perusahaannya.
Nord Stream 2 sendiri merupakan pipa sepanjang 1.200 km di bawah Laut Baltik, yang dirancang untuk mengalirkan gas dari pantai Rusia dekat St Petersburg ke Lubmin di Jerman.
Jerman diketahui telah melakukan pembekuan persetujuan akhir untuk pipa yang telah dibangun tetapi tidak beroperasi. Keputusan itu dilakukan Jerman pada Selasa (22/2/2022).
AS, Inggris dan beberapa sekutu mereka juga telah memberlakukan serangkaian sanksi terhadap Rusia sebagai tanggapan atas tindakan Putin terhadap Ukraina.
Inggris tercatat telah membekukan aset lima bank dan tiga miliarder Rusia yang juga terkena larangan bepergian. Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson mengatakan sanksi ini adalah yang pertama dan dapat diperpanjang.