Arawinda, Yuni, dan Beban Menjadi Public Figure

| 01 Dec 2022 08:08
Arawinda, Yuni, dan Beban Menjadi Public Figure
Ilustrasi. (ERA/Nisa Rahma Tanjung)

ERA.id - Arawinda Kirana mulai dikenal sejak tampil memukau di film Yuni. Ia digadang-gadang sebagai masa depan perfilman Indonesia. Namun, jika menulis namanya di internet sekarang, Arawinda lebih sering dihujat sebagai pelakor.

Di film garapan Kamila Andini, Arawinda bermain sebagai Yuni, perempuan Cirebon yang baru mau lulus SMA. Yuni tinggal di lingkungan patriarkis yang kental dan setelah dilamar dua lelaki, ia dipaksa memilih antara melanjutkan pendidikan atau menikah muda.

Film Yuni dengan blak-blakan mengangkat isu perempuan. Sebagaimana digambarkan Simone De Beauvoir dalam The Second Sex-nya: one is not born, but rather becomes, a woman (perempuan bukan dilahirkan, tapi dibentuk). 

Bagi De Beauvoir, tubuh perempuan dikekang dalam masyarakat sosial, sehingga mereka tidak punya kebebasan dan pengalaman setara laki-laki. De Beauvoir masyhur menolak lembaga pernikahan, dan menjalin open relationship dengan filsuf Perancis, Jean-Paul Sartre. Begitulah salah satu cara De Beauvoir lepas dari kekangan atas tubuhnya.

Sama seperti perempuan lain, Yuni adalah sosok yang terkekang dalam film. Ia dipaksa menerima Mang Dodi karena menolak lamaran dianggap pamali. Yuni lalu berhubungan seks dengan temannya, Yoga, agar syarat masih perawan saat malam pertama gugur dan ia tak jadi menikah.

Salah satu adegan dalam film Yuni. (dok. Fourcolors Films via YouTube TIFF)

Tak jauh berbeda dengan Yuni, di luar film, Arawinda juga menonjolkan diri sebagai sosok feminis yang memperjuangkan hak-hak perempuan.

Ia pernah bilang dalam suatu wawancara, perempuan adalah pejuang yang berani menyuarakan suaranya, membantu menyuarakan suara perempuan lain yang merasa tidak didengar, dan selalu menjunjung tinggi kebebasan selama tidak menyakiti orang lain.

Wajar saja jika di kemudian hari, ketika namanya nyangkut dalam kasus perselingkuhan dengan suami orang, netizen meradang. Karena kalau memang benar begitu, Arawinda sedang menelan ludahnya sendiri.

Semua berawal dari sebuah laman curhat di Instagram yang kerap membagikan cerita-cerita dari follower. Suatu hari, admin laman tersebut mendapat pesan dari seseorang yang mengaku kakak iparnya selingkuh.

"Aku belum mau sebut nama, tapi selingkuhannya ini tuh artis pendatang baru," tulisnya. Ia juga bercerita kakak iparnya bolak-balik membawa selingkuhannya ke rumah saat sang istri pergi ke rumah ibunya dan berhubungan badan di atas kasur sebelah ranjang anak mereka.

Netizen Indonesia memang jago urusan kasak-kusuk informasi. Entah siapa dulu yang mulai, berbagai akun anonim mulai menyebut nama Arawinda sebagai artis yang dimaksud. Lalu mulai terkuak juga nama korban perselingkuhan tersebut, yaitu Amanda.

Amanda sendiri tak pernah buka-bukaan dan menyebut nama Arawinda, ia hanya mengunggah story di Instagram berupa tangkapan layar film Yuni dengan subtitle bertuliskan: Lagian siapa sih yang mau dimadu? 

Netizen makin yakin dengan kabar burung yang beredar. Ditambah sejak saat itu Arawinda tak aktif lagi di instagram. Kesimpulan makin bulat. Orang-orang mulai menaruh simpati pada Amanda dan mengutuk Arawinda. Ia diadili secara sosial apalagi pasca Amanda bercerai dari suaminya dan jadi single mom

Arawinda tenggelam dalam citra negatif dan itu diperburuk dengan pernyataan agensinya, Kite Entertainment. Dalam postingan Instagram, agensi itu menyatakan bahwa kliennya korban manipulasi dari suami Amanda, Guiddo. 

Katanya, pria itu yang duluan menggoda Arawinda dengan embel-embel cerita keretakan rumah tangga dan KDRT yang dilakukan istrinya. Sempat jatuh hati, akhirnya Arawinda memutuskan hubungan mereka dan bilang ke Guiddo agar mempertahankan rumah tangganya.

Tanggapan netizen mudah ditebak: marah tiada ampun. Seorang aktivis perempuan, Poppy Diharjo menanggapi kritis. "Ini press release jelek amat narasinya. Established dulu apa isunya, acknowledge ketidaknyamanan publik, sampaikan maaf karena proses asesmen membutuhkan waktu sebelum keluar statement," komentarnya.

Sebenarnya kasus perselingkuhan dan pelakor bukan isu yang asing. Bahkan sehari-hari ada di sekitar kita. Yang membedakannya dengan kasus Arawinda adalah fakta bahwa ia public figure. Setiap lampu menyorotnya. Itu yang membuatnya ramai.

Jackie Chan pernah bilang ia rindu masa-masa di mana bebas berkeliaran tanpa dikenali orang-orang. Shah Rukh Khan juga mengatakan kehidupan pribadinya sudah hilang sejak ia jadi bintang Bollywood. Meski kejam, itulah beban yang harus ditanggung public figure, tak terkecuali Arawinda.

Kesampingkan soal kebenaran isu perselingkuhan Arawinda, sebetulnya jika ia percaya diri dengan kemampuan aktingnya --yang sudah terbukti bukan kaleng-kaleng-- ia cukup menahan diri, hingga pada suatu hari nanti orang-orang mulai melupakan isunya.

Arawinda baru berusia 21 tahun dan kuliahnya di New York masih berlangsung. Bukan berarti setelah ramai kasusnya kemarin kariernya seketika padam. Gina S. Noer toh masih mempercayakan Arawinda untuk bermain di film terbarunya, Like & Share dan animo penonton masih tinggi.

Namun, jika memang Arawinda merasa harus menanggapi, jalan paling selamat adalah dengan cara meminta maaf. Dengan begitu, setidaknya ia tidak dikenang sebagai seorang feminis hipokrit yang mengatasnamakan kebebasan untuk bermain api dengan suami orang. 

Rekomendasi