ERA.id - Apakah Anda merasa mudah emosi ketika berkomunikasi dengan keluarga sendiri dibandingkan dengan orang lain. Jika mengalami hal demikian maka Anda related dengan konten berisi sebuah curhatan yang viral di media sosial.
Sebuah konten tangkapan layar berisi curhatan warganet viral medsos X (Twitter). Konten yang diunggah akun @tanya*** tersebut menampilkan curhatan mengenai seseorang yang mudah tersulut emosinya ketika berkomunikasi dengan keluarga.
Lantas apa yang menyebabkan seseorang mudah marah ketika berbicara dengan keluarga sendiri? Ternyata hal ini bisa dijelaskan dengan ilmu psikologi.
Banyak Orang Merasa Mudah Emosi ketika Berkomunikasi dengan Keluarga
Postingan tersebut dilihat sebanyak hampir 900 ribu kali hingga Sabtu (24/8) lalu dan dibagikan ulang lebih dari dua ribu orang. Keterlibatan atau engagement yang tinggi pada postingan tersebut menunjukkan bahwa apa yang dicurhatkan sangat relevan dengan pengalaman banyak orang.
"kenapa ya sender tiap ngomong sama keluarga selalu bawaannya pingin marah gitu ya?? padahal sender juga nggak bermaksud marah2 kok tapi setiap mereka tanya ke sender, sender jawabnya emosi gitu," keterangan dalam postingan tersebut.
Banyak orang merasakan hal yang sama dengan curhatan yang diunggah tersebut. Sebagian orang menilai bahwa hal itu dipengaruhi oleh trauma, pola asuh atau cara mendidik, serta keinginan untuk dimengerti.
Penyebab Seseorang Mudah Marah ketika Berbicara dengan Keluarga
Alasan seseorang gampang emosi ketika berkomunikasi dengan keluarga ternyata bisa dicari tahu penyebabnya melalui ilmu psikologi. Semakin dekat hubungan antar-manusia maka potensi terjadinya konflik atau gesekan juga semakin tinggi.
Berikut ini beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang lebih mudah marah ketika berbicara dengan keluarga:
Kedekatan Emosional
Keluarga dan orang-orang terdekat memiliki hubungan emosional yang dalam dan berkelanjutan. Hubungan ini melibatkan cinta, perhatian, harapan, dan ekspektasi, yang bisa membuat seseorang lebih sensitif terhadap perkataan atau tindakan orang terdekat.
Ketika ekspektasi tidak terpenuhi atau terjadi ketidaksepahaman, emosi yang kuat seperti marah, kecewa, atau frustrasi bisa muncul dengan cepat. Berbeda ketika berbicara dengan orang lain, seseorang tidak punya ekspektasi tertentu sehingga lebih santai atau tidak terlalu dibawa perasaan ketika berinteraksi.
Keterbukaan
Dalam hubungan dengan keluarga atau orang terdekat, seseorang cenderung lebih terbuka dan rentan. Karena rasa aman yang lebih besar, seseorang mungkin merasa nyaman untuk mengekspresikan emosi secara langsung tanpa filter.
Sikap keterbukaan tersebut bisa membuat seseorang lebih cepat menunjukkan kemarahan atau emosi lainnya dibandingkan dengan saat berinteraksi dengan orang yang tidak begitu dekat.
Ekspektasi dan Peran
Hal lain yang mempengaruhi seseorang mudah emosi ketika berbicara dengan keluarga adalah karena adanya ekspektasi dan peran. Perasaan gampang marah dengan keluarga atau orang terdekat bisa muncul lantaran di hati seseorang tersimpan harapan yang tinggi.
Dalam hubungan dengan keluarga atau orang dekat, ada ekspektasi tertentu mengenai keinginan ataupun peran masing-masing individu. Misalnya seorang anak yang mengharapkan support penuh dari orang tuanya, atau pasangan menginginkan perhatian dari partnernya.
Ketika ekspektasi yang ada di benaknya tersebut tidak terpenuhi, perasaan kecewa atau terluka bisa berubah menjadi emosi intens. Orang cenderung lebih emosional ketika perasaannya tersakiti oleh seseorang yang dianggap penting.
Adanya Trauma dari Peristiwa Masa Lalu
Perasaan mudah marah juga dapat disebabkan karena adanya trauma dari peristiwa di masa lalu yang berkaitan dengan keluarga atau hubungan dengan orang terdekat. Dalam sebuah hubungan biasanya mempunyai pengalaman panjang dan beragam, baik positif maupun negatif.
Konflik atau ketegangan yang belum terselesaikan dari masa lalu dapat menjadi pemicu emosi dalam percakapan sehari-hari. Misalnya perbedaan kecil bisa memunculkan kembali perasaan marah atau kecewa yang terkait dengan peristiwa masa lalu.
Di saat terjadi hal yang tidak menyenangkan, alam bawah sadar seseorang dapat menyimpan memori atau ingatan tersebut. Adanya pengalaman buruk tersebut menjadi pemicu atau trigger ketika mengobrol dengan keluarga atau orang terdekat sehingga seseorang tanpa sengaja bersikap marah dan sebagainya.
Demikianlah ulasan mengenai penyebab seseorang mudah marah saat berbicara dengan keluarga. Sikap emosional atau gampang marah ketika berkomunikasi dengan orang terdekat ternyata dipengaruhi oleh sejumlah faktor di atas. Baca juga cara menyelesaikan konflik dengan mertua.
Ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Kalo kamu mau tahu informasi menarik lainnya, jangan ketinggalan pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…