ERA.id - Pada era modern yang serba cepat dan sibuk ini, konsep "slow living" atau hidup dengan pola santai telah muncul sebagai sebuah alternatif baru. Lantas apa itu slow living dan apa alasan banyak orang melakukannya?
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi konsep slow living, menggali lebih dalam tentang prinsip-prinsipnya, dan melihat bagaimana kita dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari yang sering kali penuh dengan kegiatan dan tuntutan.
Apa Itu Slow Living?
Slow living, pada dasarnya, mewakili suatu corak gaya hidup yang mula-mula diterapkan oleh masyarakat modern. Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, slow living dapat diartikan sebagai upaya menjalani kehidupan yang lebih sederhana, tentram, serta menghindari terperangkap dalam kecepatan yang melekat pada pola hidup modern.
Awalnya, konsep slow living muncul sebagai gerakan yang tumbuh pesat di Italia pada tahun 80-an. Gerakan ini muncul sebagai respons terhadap budaya makanan cepat saji dan konsumsi besar-besaran melalui gerakan Slow Food Movement. Seiring dengan berjalannya waktu, konsep slow living telah melampaui dimensi gerakan sosial semata dan bertransformasi menjadi suatu gaya hidup yang dianut oleh banyak orang.
Kata "slow" dalam istilah slow living menyoroti pentingnya kualitas hidup. Individu yang menganut konsep ini akan lebih menikmati setiap aspek kehidupan, mulai dari kegiatan makan, olahraga, hingga interaksi dengan orang-orang terkasih.
Namun, lebih dari itu, slow living juga merangsang kesadaran akan pentingnya menghormati lingkungan alam, mengurangi produksi limbah, menahan diri dari konsumsi yang berlebihan, dan bahkan mengadopsi keterbatasan dalam menggunakan media sosial serta teknologi yang tidak esensial bagi kehidupan sehari-hari.
Sejarah Slow Living
Dilansir dari laman Slow Living LDN, slow living merupakan bagian dari gerakan lambat yang lebih luas yang dimulai pada tahun 1980-an di Italia.
Menghadapi pembukaan restoran McDonald's di tengah-tengah Roma, Carlo Petrini dan sekelompok aktivis membentuk gerakan Slow Food, yang membela tradisi makanan regional.
Gerakan makanan lambat sekarang memiliki pendukung di lebih dari 150 negara dan terus melindungi tradisi kuliner, mendorong pembayaran yang adil bagi para produsen, mendorong nikmati makanan berkualitas baik, dan terlibat dalam aktivitas yang berhubungan dengan keberlanjutan.
Carl Honoré, salah satu penulis dan pembicara terkenal tentang gerakan lambat, membantu membawa konsep slow living ke arus utama pada tahun 2004 dengan penerbitan bukunya yang berjudul "In Praise of Slowness".
Honoré menjelajahi bagaimana gerakan Slow Food memicu gerakan slow living yang lebih luas, dengan istilah 'lambat' kini diterapkan pada bidang-bidang kehidupan lain yang mengalami percepatan besar, termasuk pekerjaan, pengasuhan anak, dan rekreasi.
Meskipun banyak digencarkan gerakan slow living, namun kecepatan hidup manusia terus meningkat. Di sisi lain, kini semakin banyak orang yang menyadari bahwa lebih cepat tidak selalu lebih baik.
Selain apa itu slow living, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Ingin tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…