Kasus Kopi Sianida Jessica Wongso Dinilai Banyak Kejanggalan, Kembaran Mirna Minta Netizen Nonton Persidangan: Bukan Dokumenter Satu Jam!

| 06 Oct 2023 18:00
Kasus Kopi Sianida Jessica Wongso Dinilai Banyak Kejanggalan, Kembaran Mirna Minta Netizen Nonton Persidangan: Bukan Dokumenter Satu Jam!
Sandy Salihin Kembaran Mirna (Foto: YouTube/Kompas TV)

ERA.id - Sandy Salihin menanggapi soal kematian kembarannya, Wayan Mirna Salihin akibat kopi sianida yang kini kembali viral usai film dokumenter Ice Cold: Murder, Coffe and Jessica Wongso ditayangkan di Netflix. Sandy meminta netizen tidak menilai kasus hanya dari dokumenter saja.

Banyak publik yang merasakan banyak kejanggalan dan berharap Jessica segera bebas dari penjara. Tak sedikit netizen curiga bahwa ayah Mirna, Edi Darmawan sebagai dalang dibalik kematian Mirna. 

Hingga akhirnya, Sandy Salihin buka suara mengenai kasus kopi sianida Jessica Wongso yang kini jadi perbincangan publik. Melalui Instagram stories-nya, Sandy memberikan pesan kepada netizen.

Kembaran Mirna ini meminta para penonton supaya tidak langsung mempercayai film dokumenter tersebut. Menurutnya, film durasi 1 jam 26 menit ini tidak bisa dijadikan kesimpulan.

Unggahan kembaran Mirna (Foto: Instagram/@lambe_turah)
Unggahan kembaran Mirna (Foto: Instagram/@lambe_turah)

"Tolong saksikan persidangan sesungguhnya bukan hanya karena dokumenter satu jam kamu bisa mendapatkan semua kesimpulan," tulis kembaran Mirna, diunggah ulang di akun Instagram @lambe_turah.

Unggahan itu dibanjiri respon netizen. Sebagian netizen yakin Jessica Wongso telah membunuh Mirna. Namun, sebagian netizen merasa ada yang janggal dengan kasus Kopi Sianida ini.

"Hal sesimpel buka sedotan orang lain dan ngadukin kopi orang lain yang belum datang aja udah nggak sopan. Kalian pikirannya kejauhan, kebanyakan nonton conan atau serial detektif lain," tulis akun @yaniealfa*****.**.

"SETUJU.. gw yang nonton sidangnya selama 1 tahun karena seseru itu. Tetap yakin kalau pelakunya emang Jessica. Ini yang nonton netflix sejam udah berasa paling tahu, apalagi sampai menuduh-nuduh orang lain. Ya Allah nggak tahu lagi sama netizen ini," komentar akun @hey**_**_.

"Tetap yakin Jessica nggak salah karena pakpol takut malu akhirnya karena desakan publik jadi tersangka deh Mirna," kata akun @mang***.**.

"Mba @made_s88 saya udah nonton semua persidangan selama 10 bulan. Kesimpulan saya masih sama dari 2016-sekarang, kalau Jessica nggak sama sekali terbukti bersalah. Semua yang dituduhkan hingga dijatuhin vonis, semua hanya asumsi/opini jpu," lanjut akun @araaabella****.

Diketahui, sosok Sandy Salihin, kembaran Mirna Salihin menjadi perbincangan publik pasca Netflix menayangkan film dokumenter berjudul Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica. Saat ini, Sandy Salihin tinggal di Jerman bersama suami dan dua anaknya

Dalam film dokumenter itu, Sandy Salihin memberikan komentar terkait kasus kematian kembarannya. Sandy Salihin bercerita soal reaksi teman-temannya yang ramai berdatangan ke UGD untuk melihat kondisi jenazah Mirna Salihin. Sandy Salihin mengatakan teman-temannya terlihat sangat terkejut ketika pertama kali melihat jenazah Mirna Salihin di UGD rumah sakit.

Sandy Salihin mengatakan teman-temannya Mirna terkejut melihat kondisi jenazah Mirna yang sudah bengkak dan membiru. Pernyataannya membuat netizen merasa janggal karena berbeda dengan sang ayah, Edi Darmawan. Edi mengatakan jenazah Mirna terlihat merah cherry.

Dalam persidangan itu, film dokumenter memperkihatkan seorang ahli forensik RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr. Djaja Surya Atmadja yang mengatakan orang yang meninggal akibat keracunan sianida tidak membiru, melainkan merah cherry. 

Djaja Surya Atmadja yakin kondisi lambung orang yang meninggal akibat sianida pasti berwarna merah, bukan warna lain. Tentunya, perbedaan pernyataan sang ayah dan kembaran Mirna terkait kondisi jenazah Mirna Salihin membuat netizen curiga.

Selain itu, ayah Mirna digambarkan sebagai orang yang memiliki kepribadian arogan dan narsistik. Kemunculan Jessica untuk berbicara dengan durasi yang sangat sedikit, yang berujung tidak mendapat izin untuk diwawancara, hingga suami Mirna dan ketiga hakim tidak diwawancarai.

Selain itu, Mirna tidak diotopsi dan hanya diambil sampel pada lambung, empedu dan hati usai tiga hari kematian. Bahkan, tidak ada bukti secara langsung menyebut Jessica pembunuhnya, hanya teori dari JPU dan saksi ahli saja.

Bahkan, pihak Jessica tidak diberi ruang untuk berbicara, bahkan dokter dari RSCM masih diragukan oleh pengadilan. Terakhir, ayah Mirna ingin kasus ini cepat selesai dan harus Jessica yang bersalah serta mendapatkan hukuman penjara.

Rekomendasi