Pernikahan Mewah Awal Bencana Perceraian?

| 17 Nov 2018 18:08
Pernikahan Mewah Awal Bencana Perceraian?
Ilustrasi cerai (Mahesa/era.id)
Jakarta, era.id - Lagi sibuk mempersiapkan acara pernikahan? Seperti apa konsepnya? Kalau boleh saran, jangan terlalu mewah digelarnya. Ada bahaya mengintai.

Pernikahan adalah momen sekali seumur hidup yang begitu bermakna bagi setiap pasangannya. Setiap pengantin pasti mengharapkan momen sakralnya terselenggara dan dihadiri oleh banyak orang. 

Kesan pesta pernikahan yang gemerlap pun menjadi mimpi banyak orang, terutama pengantin wanita. Tetapi tahukah kamu, persiapan menikah yang terlalu mewah justru menjadi penyebab perceraian?

Ya menurut pakar ekonomi dari Emory University,  pasangan yang mengadakan pesta mewah dan mengeluarkan biaya banyak untuk resepsi pernikahan, berpotensi bercerai 1,6 kali lebih kuat ketimbang pasangan yang menikah secara sederhana.

Tak jarang, mereka yang bercerai merupakan pasangan dengan usia perkawinan masih di bawah 5 tahun. Hal ini pula yang mengakibatkan maraknya angka perceraian di Indonesia. Sedikitnya dari 1,8 juta pernikahan, 19,9 persen di antaranya bercerai.

Bahkan menurut data dari Badan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung, ada lebih 357 ribu pasang keluarga yang bercerai. Pernikahan yang mewah hanya untuk status sosial, namun berujung dengan perceraian. 

Fenomena inilah yang dianggap Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, telah menjadi gaya hidup generasi milenial saat ini. Menurutnya ada pergeseran pemahaman soal pernikahan, sehingga perceraian menjadi jalan akhir ketidakcocokan antara suami dan istri.

“Pernikahan sudah tidak dianggap sakral, terjadi desakralisasi pernikahan,” kata Lukman, di Gedung Olahraga Universitas Negeri Yogyakarta, Senin, 18 Desember 2017.

Perceraian, kata Lukman, bahkan sudah direncanakan sebelum pernikahan. Misalnya, cukup menikah selama dua tahun lalu cerai. Akibat angka perceraian semakin tinggi, sekarang ada anggapan menikah bukan sesuatu yang sakral. Pada sebagian kalangan, perceraian sudah menjadi lifestyle atau gaya hidup. 

“Merasa lebih trendi, lebih gaya, semakin banyak kawin-cerai, semakin diterima di komunitasnya.” Padahal, menurut Lukman, perkawinan bukan saja ikatan dua orang lawan jenis, melainkan peristiwa sakral, akad dengan Tuhan yang menyaratkan nikah.

Psikolog Tika Bisono menjelaskan, ada beberapa hal yang menyebabkan gagalnya mahligai rumah tangga. Salah satu faktor terpenting adalah keharmonisan pasangan dalam mengarungi bahtera pernikahan.

"kalau ketahanan pasangan itu tinggi, maka benturan sebesar apapun akan tetap kokoh. Tapi karena kerapuhan daya tahan pasangan bisa buat berantakan. kalau hantaman dari luar, semua pasangan ngalamin. Tapi kenapa beberapa bertahan, beberapa hancur. beberapa hancur lebih banyak daripada bertahan," jelas Tika saat berbincang dengan era.id.

Rekomendasi