Jalan Jaksa Tak Lagi Surga Backpacker

| 23 Dec 2017 20:22
Jalan Jaksa Tak Lagi Surga <i>Backpacker </i>
Jalan Jaksa, Menteng, Jakarta Pusat. (Tasya/era.id)
Jakarta, era.id - Liburan jelang tahun baru 2018 nampaknya tidak membawa berkah bagi pedagang jasa di Jalan Jaksa, Menteng, Jakarta Pusat. Geliat di kawasan yang sempat tenar menyedot turis mancanegara ini mulai redup.

Jalan sepanjang 400 meter ini tak lagi hingar bingar. Jargonnya sebagai magnet turis mancenegara yang memiliki anggaran ketat atau backpacker, bergeser. Hunian-hunian penduduk yang dahulu disulap menjadi hotel murah meriah, terkena dampaknya.

Simak keluhan Sutanto, salah satu pengurus Hotel Margot di Jalan Jaksa. Liburan Natal dan tahun baru sama sekali tidak berimbas pada hotel melati yang dikelolanya. Keluhan itu telah dirasakannya sejak dua tahun lalu.

"Kalau untuk dua tahun ini benar-benar berkurang begitu. Mungkin karena ekonomi. Mungkin juga penerbangan sekarang bisa ke mana saja," ungkap Sutanto di Jalan Jaksa, Menteng, Sabtu (23/12/2017).

Bahkan, rintihannya tidak berbuah manis meski hotelnya telah bekerja sama dengan penyedia jasa layanan wisata. Pemasukan, kata Sutanto, tetap pas-pasan. "Justru sama saja (pendapatan), justru malah lebih berkurang. Apa mungkin pada ke daerah," katanya.

Terbukanya destinasi wisata di daerah lain di Indonesia, diakui Sutanto menjadi penyebab sepinya jalan yang cuma berjarak 1 km dari Monumen Nasional (Monas) ini. Akibatnya, backpacker menjauh. Sementara debet rekening Hotel Margot merosot tajam dari hari ke hari. 

"(Yang backpacker) sama sekali sudah berkurang. Kalau dulu pendapatan kita bisa sampai 70 persen selama satu bulan, kalau sekarang sekitar 30, sampai 40 persen. Sangat berkurang," tambahnya.

Mengakali hal itu, Sutanto mengaku menurunkan harga sewa hotel. Namun, hotel yang memiliki kamar sebanyak 30 unit ini tetap saja sepi pengunjung. Lebih-lebih, di hari tertentu, bisa tanpa pelanggan.

"Kenaikan harga justru enggak ada, kita kurangi malah. Itu juga masih sepi. Justru bukan harga masalahnya, tapi pengunjung yang tidak ada. Harganya jadi Rp270 ribu, sebelumnya Rp 300 ribu," ungkapnya.

Sandi yang mengelola Hotel Istana Ratu di Jalan Jaksa juga mengeluhkan hal sama. Sandi mengaku sudah jarang melihat turis asing datang dan menginap di hotelnya. Meskipun ada, paling cuma segelintir. Menurut Sandi, pengelolaan parkir di jalan sebelah barat stasiun kereta api Gondangdia ini tidak memihak pengusaha penginapan.

"Mulai sekarang itu ya tidak terlalu banyak bule-bule yang datang ke sini. Apalagi semenjak tidak boleh parkir di jalan sini ya. Dulu tiga tahun yang lalu ya, ramainya luar biasa. Tapi kalau sekarang sudah tidak," terang Sandi.

Sandi sempat bercerita tentang masa jaya Jalan Jaksa. Kala itu, pub atau beer house yang menjadi tempat nongkrong backpacker bisa buka sampai dini hari. Lain dulu lain sekarang. Beberapa tempat nongkrong di Jaksa ogah membuka tirai ketika malam menyambut. 

"Sangat jarang sekarang turis asing di daerah Jaksa sini, padahal dulu ramai banget, apalagi turis asing yang tidak banyak duit pasti di sini (liburan dan menginap), tapi sekarang sudah enggak lagi," tutupnya.

Baik Sutanto maupun Sandi mengungkapkan saat ini sudah banyak hotel di Jalan Jaksa gulung tikar. Hanya tinggal segelintir hotel yang masih bertahan di tengah redupnya Jalan Jaksa.
Tags :
Rekomendasi