Eduard Sirait Berpulang Setelah 'Keluarga Cemara' Tayang

| 13 Jan 2019 03:08
Eduard Sirait Berpulang Setelah 'Keluarga Cemara' Tayang
Ilustrasi (Pixabay)
Jakarta, era.id - "Harta yang paling berharga dalah keluarga/ Puisi yang paling bermakna adalah keluarga/Istana yang paling indah adalah keluarga/Mutiara tiada tara adalah keluarga/ Selamat pagi Emak/ selamat pagi, Abah."

Tahun 1996 silam, lagu ini begitu melekat di kalangan anak-anak, bahkan hingga orang dewasa. Sinetron 'Keluarga Cemara' memang menjadi salah tayangan televisi terbaik kala itu --mungkin bisa juga hingga sekarang--.

Sungguh, kita pantas berterima kasih kepada Eduard Pesta Sirait, sang sutradara yang berkolaborasi ciamik bareng Arswendo Atmowiloto melalui skenarionya. Dalam tayangan itu, tak ada tuh cerita soal perselingkuhan, kamera yang berpindah-pindah dengan cepat, atau cerita azab yang sungguh teramat tak masuk akal. Keluarga Cemara adalah soal keluarga dan cinta kasih.

Tak heran, film Keluarga Cemara yang diangkat ke layar lebar pun mendapat sambutan hangat dari penonton. Belum dua pekan dia beredar di bioskop-bioskop, film ini sudah berhasil mengumpulkan penonton hingga hampir menyentuh 750 ribu.

Di saat euforia penyambutan positif Keluarga Cemara movie, kabar duka justru berhembus. Eduard Pesta Sirait berpulang, Sabtu (12/1) sore pukul 17.55 WIB di RS. Pondok Indah, Jakarta Selatan. Ia wafat dalam usia 76 tahun.

Edu, begitu panggilan akrabnya, termasuk sutradara film yang karya-karyanya selalu diperhitungkan dalam ajang Festival Film Indonesia. Beberapa yang pernah tercatat meraih Piala Citra FFI, lambang supremasi tertinggi film Indonesia, adalah  "Gadis Penakluk" (1981), "Bukan Istri Pilihan" (1981), dan "Bila Saatnya Tiba" (1985). Edu lahir di Tapanuli, 7 Agustus 1942. Ia banyak mengantarkan aktris masuk nominasi di Festival Film Indonesia. 

Selamat jalan Edu, terima kasih untuk semua karya yang kau buat dengan penuh cinta

 

Rekomendasi