Setelah mengetahui peristiwa tersebut, Facebook bergerak cepat dan menghapus rekaman video yang menggambarkan kejadian penembakan sadis itu. Tidak hanya video, Facebook juga menghapus komentar dukungan terhadap peristiwa yang diketahui terjadi saat ibadah salat Jumat berlangsung tersebut.
Penghapusan video dan komentar dukungan itu dilakukan atas permintaan kepolisian Selandia Baru. Polisi mengetahui jika salah satu dari empat pelaku penembakan melakukan live streaming di Facebook saat kejadian berlangsung.
"Polisi menyadari ada rekaman yang sangat menyedihkan terkait dengan insiden di Christchurch yang beredar online," kata polisi Selandia Baru, seperti dilansir The Sydney Morning Herald, Jumat (15/3/2019).
"Kami sangat mendesak agar tautan tersebut tidak dibagikan. Kami sedang berupaya untuk menghapus rekaman apa pun (terkait penembakan)," imbuhnya.
Layar tangkap pelaku penembakan Masjid di Selandia Baru
Dalam sebuah postingan di media sosial sesaat sebelum serangan, akun yang diyakini milik salah satu penyerang mem-posting tautan ke sebuah manifesto 87 halaman yang dipenuhi dengan ide-ide anti-imigran, anti-Muslim dan penjelasan untuk melakukan sebuah serangan.
Para pelaku diyakini juga telah menyiarkan setidaknya satu dari serangan itu secara live streaming di Facebook. Polisi mendesak orang-orang untuk tidak menyebarkan rekaman yang diabaikan banyak outlet berita Australia tersebut.
Hingga berita ini ditayangkan, Rumah Sakit Christchurch telah merawat 48 pasien dengan luka tembak, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa. Cedera itu berkisar dari kritis hingga ringan, menurut pernyataan dari David Meates, Kepala Eksekutif Dewan Kesehatan Distrik Canterbury.
Sekitar 200 anggota keluarga ada di lokasi, menunggu berita dari orang-orang terkasih mereka. Sementara sekolah-sekolah Christchurch yang sebelumnya dikunci kini telah dibuka dan anak-anak sudah kembali kepada orang tua mereka.