Kisah Tahunan Para Penjaja Hewan Kurban

| 04 Aug 2019 20:51
Kisah Tahunan Para Penjaja Hewan Kurban
Lapak jualan kambing dan sapi (Tsa Tsia/era.id)
Jakarta, era.id - Jelang Hari Raya Idul Adha, sejumlah pedagang kambing musiman yang berharap meraup keuntungan banyak bermunculan. Salah satunya adalah Ipul. Laki-laki berusia 41 tahun, warga Bintara Jaya ini mendirikan tenda di depan sebuah pangkalan pengisian gas elpiji di Jalan Bintara Jaya.

"Saya tiap tahun pasti buka lapak jualan kambing tapi baru kali ini buka di sini," kata Ipul saat ditemui era.id di lapaknya, Jalan Bintara Jaya, Bekasi, Minggu (4/8/2019).

Saat kami datang, Ipul sedang melayani seorang pembeli yang ingin membeli kambing untuk disumbangkan saat lebaran haji nanti. Tapi, Ipul tampaknya harus bersabar, sebab pembeli itu masih mengurungkan niatnya karena harga yang ditawarkan masih belum cocok. "Tadi belum jadi (beli), tawarannya enggak masuk," ujar Ipul sambil tersenyum.

Dia mengaku sudah berjualan kambing sejak tahun 2000. Ada dua jenis kambing yang dijualnya, yaitu kambing ketawa dan kambing domba. Dua jenis kambing itu dibanderol dengan harga kisaran Rp2,5 juta hingga Rp4 jutaan tergantung ukurannya. 

Sejak berjualan selama hampir seminggu, dia mengaku sudah bisa menjual sekitar 10 ekor kambing. Angka ini biasanya terus bertambah hingga Hari Raya Idul Adha.

Kambing-kambing ini, kata dia, didapatkan dari seorang pengepul. Tapi dia tak mau menceritakan lebih lanjut soal asal kambing-kambing itu, yang jelas, kambing yang dijualnya dalam keadaan sehat karena dia rutin memberikan vitamin dan jamu.

Ipul yang juga bekerja di pangkalan gas elpiji di Jalan Bintara Jaya itu mengaku, dia sudah terbiasa dengan bau kambing dan kotorannya. Padahal, selama berada di sana tim era.id saja sudah merasakan kebauan. Ada bau pesing dan bau kotoran yang menyengat di sana.

Dia bercerita, jika jam makan siang tiba, bersama beberapa rekannya yang menjaga lapak tetap makan seperti biasa. Tak ada perasaan jijik karena bau yang ditimbulkan dari hewan yang mereka jual. "Kita mah biasa saja. Hahaha... Ya, namanya juga cari rezeki sudah biasa," ungkapnya.

Membahas soal bau karena kotoran kambing, kami pun menanyakan bagaimana cara Ipul mengolah kotoran kambing itu. Kata dia, setiap sore dia menyapu dan mengumpulkan kotoran kambing-kambing yang dijualnya. 

Nantinya, ada orang yang bakal mengambil kotoran itu untuk dijadikan pupuk kompos. "Katanya sih buat pupuk tanaman gitu, sore biasanya orangnya ngambil," jelasnya.

"Pokoknya semua bersih, biar yang punya tempat juga enggak komplen. Karena kita datang kan bersih, pas jualan juga harus bersih, dan pas selesai jualan bersih seperti awalnya," imbuh dia.

Sedangkan untuk pakan kambing, Ipul bilang, dia sudah menyuruh orang lain untuk mengumpulkan rumput maupun dedaunan. Biasanya dia membayar orang tersebut dengan sistem persentase.

Kilau keuntungan penjualan hewan kurban tak hanya diincar oleh Ipul. Moko (51) yang merupakan warga Pituruh, Purworejo, Jawa Tengah juga tergiur mencoba peruntungannya untuk menjual hewan kurban khususnya kambing. 

Ada dua jenis kambing yang dijualnya yaitu etawa dan Jawa randu dengan beragam ukuran. Kambing-kambingnya itu dijual dari harga kisaran Rp2,5 juta hingga Rp6 juta. Sejak tiga hari berjualan, sudah ada delapan kambing yang laku.

"Saya bareng dua teman saya. Kambingnya saya bawa dari peternak di Pituruh, Purworejo," kata Moko sambil memberi makan kambing yang dijualnya.

Moko memilih berjualan di depan sebuah ruko kosong di kawasan Pondok Kelapa. Dia mengaku sudah meminta izin kepada pemilik ruko tersebut. "Yang penting bersih. Ini kan kotorannya juga kalau sore ada yang ngambil. Katanya buat pupuk," jelasnya.

"Sedangkan buat makan kambing biasanya ada yang ngantar. Kita bayarin orangnya yang antar sekitar Rp40 ribu sekali antar," imbuhnya.

Mengingat dia dan dua rekannya merupakan warga luar daerah, kata Moko, sehari-hari dia menghabiskan waktu untuk makan maupun tidur di lapak tempatnya berjualan. 

Tapi, dia tak terganggu dengan aroma menyengat dari kambing yang dijualnya. "Ya, biasa saja sih. Apalagi, saya kan jualan kambing bukan baru sekarang. Sudah dari tahun 2000-an. Pokoknya yang penting kambing-kambing ini bisa laku," tutup Moko.

Rekomendasi