Joaquin Phoenix Buka Suara soal Kontroversi Film Joker

| 03 Oct 2019 09:03
Joaquin Phoenix Buka Suara soal Kontroversi Film <i>Joker</i>
Joaquin Phoenix dalam film Joker. (Twitter/timlammersfilms)
Jakarta, era.id - Pemeran utama film Joker, Joaquin Phoenix, mengomentari soal kritik pedas hingga pengamanan ketat kala film karya sutradara Todd Phillips ini diputar.  

Seperti diketahui, film Joker sudah resmi tayang di bioskop sejak kemarin. Film keluaran Warner Bros yang digarap oleh Phillips ini menceritakan perkembangan diri Arthur Fleck hingga menjadi Joker yang dikenal sebagai musuh Batman.

Dalam artikel sebelumnya "Tragedi yang Tersembunyi dalam Komedi Joker", disebutkan kalau Phillips menabrakkan tragedi dengan komedi dalam film ini. Dalam trailernya, hal itu muncul pada statement Joker: "Semula, saya kira hidup ini tragedi. Tapi ternyata, saya sadar ini adalah komedi".

Meski telah ditunggu-tunggu waktu perilisannya, film berdurasi 122 menit ini ternyata menuai kritik. "Saya tak membayangkan sebelumnya bahwa film ini akan berjalan dengan lancar. Ini film yang sulit. Dalam beberapa hal ada kalanya orang-orang akan bereaksi keras terhadapnya," ujar Phoenix, dikutip dari Hollywood Reporter.

Reaksi kuat yang dimaksud Phoenix di sini adalah adanya sejumlah pengamanan khusus di sejumlah bioskop Amerika Serikat saat pemutaran perdananya pada Jumat (4/10). Bukan hanya itu saja, film ini juga membuat sejumlah jaringan bioskop di AS telah mengubah kebijakan mereka, salah satunya adalah larangan berdandan layaknya salah satu karakter super villain DC Comics itu pada pemutaran film Joker.

Baca Juga: Polisi Terapkan Pengamanan Khusus Sambut Pemutaran Perdana Joker

Phoenix kemudian mengatakan bahwa ia ingin penonton untuk bersimpati atau berempati dengan karakternya. "Rasanya, karena itulah yang harus kita lakukan," kata dia.

"Saya pikir kita sebagai penonton mampu untuk melihat kedua hal itu (masalah dan pesan dalam Joker) secara bersamaan dan mengalaminya dan menghargainya".

 

Kontroversi film Joker muncul setelah badan investigasi Amerika Serikat Federal Bureau Investigation (FBI) mendeteksi adanya kelompok radikal bernama Incels di media sosial. Kelompok ini mengaku sangat mengidolakan sosok Joker dan berencana melakukan penembakan di hari perdana pemutaran film Joker.

Dapat informasi seperti itu, Kepolisian New York (NYPD) sigap mengerahkan petugas ke sejumlah bioskop yang memutar film Joker. Dikutip dari THR, Kepala Patroli New York Rodney Harrison telah menginstruksikan semua wilayah di kota itu untuk mengerahkan pasukannya. Meski belum terlihat adanya ancaman nyata pada film Joker, NYPD akan terus waspada.

"Tak ada ancaman khusus atau kredibel pada saat ini dan pemutaran film akan terus dipantau secara ketat," ujar Harrison.

Pengamanan ketat ini merujuk pada tragedi penembakan massal di sebuah bioskop bernama Aurora di Colorado yang terjadi pada 20 Juli 2012. Penembakan itu terjadi saat pemutaran film The Dark Knight Rises. Insiden ini menewaskan 12 orang dan melukai 70 orang lainnya.

Baca Juga: Janji Joaquin Phoenix tentang Joker

Pelaku penembakan yang bernama James Holmes merangsek masuk ke dalam bioskop dan melepaskan tembakan secara membabi buta. Holmes saat itu mengenakan helm, gas air mata, dan rompi anti peluru. Ia membawa dua senapan dan sebuah pistol dengan lebih dari 700 peluru. Ia mewarnai rambutnya dengan warna hijau dan menyebut dirinya sendiri sebagai "Joker".

Dilansir dari CNN, Holmes mengungkapkan dirinya terobsesi untuk membunuh sejak remaja. Ia juga mengaku pernah melakukan percobaan bunuh diri. Menyadari ada yang salah dalam dirinya, ia memutuskan mengambil kuliah jurusan neuroscience untuk menyembuhkan otaknya yang rusak.

Pada Agustus 2015, pengadilan menjatuhkan vonis hukuman 12 kali penjara seumur hidup dan bui selama 3.318 tahun. Keputusan itu diambil usai dua hari pengadilan menghadirkan 100 korban penembakan dan keluarga korban tewas untuk menyampaikan pernyataan dan kesaksian mereka.

Rekomendasi