Seks Threesome dan Sesama Jenis Ikut Dongkrak Kenaikan Angka ODHA

| 29 Nov 2019 08:10
Seks <i>Threesome</i> dan Sesama Jenis Ikut Dongkrak Kenaikan Angka ODHA
Ilustrasi (pixabay)
Bandung, era.id – Penanganan HIV/AIDS harus dengan pendekatan inklusif, yakni melibatkan semua pihak. Bukan hanya kalangan yang beresiko tinggi seperti pengguna narkoba suntik dan hubungan seksual berganti-ganti pasangan, masyarakat umum yang beresiko rendah pun perlu dilibatkan, termasuk kalangan usia produktif atau milenial.

Berdasarkan catatan Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Jawa Barat (Jabar), data HIV di Jabar mencapai 36.857 orang dengan HIV/AIDS (ODHA). 

“Memang peningkatan terbesar di kelompok pemula, remaja usia 15-24 tahun hampir 30 persen naiknya,” kata Sekretaris KPA Jabar Iman Tedjarahmana, dalam jumpa pers The indonesian AIDS Conference (iAIDS) 2019 di Bandung, Kamis (28/11/2019).

Langkah KPA Jabar dalam menghadapi fenomena anak muda yang terkena HIV ialah dengan gencar melakukan kolaborasi bersama berbagai kalangan. KPA sudah mendesain pendidikan seks usia dini yang disosialisasikan lewat jalur online yakni dengan membuat aplikasi tentang edukasi kesehatan reproduksi dan bahaya narkoba.

Pendekatan terhadap anak muda dewasa ini tidak bisa dengan jalur konvensional seperti dulu. KPA tidak bisa mendatangi sekolah atau kampus secara door to door karena perjuangannya sangat berat, memakan waktu dan biaya. Sementara konten negatif yang menjurus pada resiko tinggi HIV begitu mudah dan cepat diakses anak muda lewat gadget.

Diskusi KPA (Iman Herdiana/era.id)

Pendekatan lainnya, lanjut Iman, adalah menjalin bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Barat, Badan Keluarga Berencana (BKKBN) dan lainnya. Sasaran kerja sama ini antara lain membangun kesadaran perilaku pada keluarga hingga tingkat desa sehingga terjadi ketahanan keluarga, termasuk mengenal bahaya HIV dan narkoba, serta pendidikan seks.

Selain itu, jumlah ibu rumah tangga yang terkena HIV juga tak kalah mengkhawatirkan. Angkanya terus meningkat. Hal ini disebabkan pasangannya (suami) yang gemar 'jajan'. Akibatnya, terjadi penularan HIV dari ibu ke anak. Tidak sedikit anak-anak yang terlahir sudah menderita HIV.

Iman mencatat, hingga kini di Jabar ada 600 anak yang dilahirkan dari ibu yang HIV. “Ini memerlukan fokus perhatian kita. Jadi arah penanganannya ke depan harus inklusif, kita mulai bicara masyarakat umum semua potensi. Dan ini tugas negara,” tandasnya.

Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Daud Ahmad, menjanjikan pihaknya terus konsen dalam penanganan kasus HIV/AIDS yang menimpa kelompok mana pun, entah itu ibu rumah tangga, anak muda, dan lainnya. “Kita bersama-sama dibantu KPA bagaimana berusaha supaya tren angkanya tidak naik. Kita bergerak di kelompok mana pun, support,” kata Daud Ahmad.

Mengenai ibu rumah tangga yang terkena HIV, Daud bilang mereka adalah “penderita” karena tertular dari pasangannya. Begitu juga fenomena meningkatnya anak muda yang terkena HIV. Ia sepakat ada masalah degradasi moral dalam hal ini. “Banyak norma yang zaman saya ketika remaja dianggap tabu tapi diukur dengan remaja sekarang itu berbeda,” katanya.

Salah satu langkah Pemprov Jabar ialah dengan meningkatkan kualitas rohani atau kejiwaan melalui berbagai pendidikan agama yang dilakukan di level pesantren, masjid dan program keagamaan lainnya. “Perlu diketahui pula bahwa kita sudah menangkap sinyalemen itu, pemerintah melalui berbagai program sekarang, dari visinya sudah kelihatan yaitu Jabar juara lahir batin,” katanya.

Soal menurunnya moral masyarakat ini, Iman berpendapat bahwa hal itu akan memancing diskusi panjang. Misalnya dalam kasus hubungan seks, tidak semata-mata terdorong karena butuh uang. Pihaknya menangkap fenomena bergesernya gaya hidup terkait hubungan seksual misalnya fenomena seks bersama-sama.

Contohnya, ada pasangan yang suka melibatkan orang lain saat berhubungan seks atau threesome, kemudian hubungan sesama jenis di kalangan anak SMA. Fenomena ini tak lepas dari terbukanya informasi lewat internet maupun media sosial yang mengubah pemikiran termasuk soal hubungan seksual.

“Itu harus didesain ulang oleh pemerintah melalui pendidikan akhlak, tentang seksual itu, harus dibicarakan seksualitas itu sedini mungkin. Termasuk meningkatkan konseling pranikah,” papar Iman.

 

Tags : hiv/aids
Rekomendasi