Tim Editor
Jakarta, era.id - Trilogi Fifty Shade of Grey dinobatkan sebagai novel terlaris dekade ini. Pada tahun 2015, novel karangan El James ini terjual hingga 15 juta eksemplar. Tak hanya buku, cerita ini dikemas dalam film dengan judul yang sama.
Di posisi kedua dan ketiga, dua novel lainnya adalah Fifty Shades of Darker dengan angka 10,4 juta eksemplar. Serta Fifty Shades Freed dengan total 9,3 juta kopi, menurut survei NPD Bookscan.
Namun, kesuksesan cerita cinta Mr. Grey dan Anastasia ini bukannya tanpa kontroversi. Banyak pihak yang mengecam penulisan vulgar dan penuh adegan BDSM (perbudakan, dominasi/penyerahan, sadomasokisme) dalam novel yang dirilis pertama kali pada 2011 itu.
Aktivis anti-kekerasan seksual mengkritik obsesi seks dan latar belakang Grey menyukai seks gaya BDSM itu. "Saya suka mencambuk gadis-gadis kecil berambut cokelat seperti kamu karena semua terlihat seperti pelacur," ujar Grey dalam sebuah cuplikan.
Praktisi BDSM juga membenci hubungan antara masa kecil Grey dan seksualitasnya.
Meski banyak kritik, ternyata trilogi Fifty Shades of Grey mampu mengubah mindset dan kehidupan seks orang. Seperti dilansir Guardian, Kamis (16/1/2020), makin banyak orang Inggris yang mencoba seks ala Mr. Grey dan Anastasia.
Perusahaan pembuat mainan seks, Lovehoney mengaku ketiban untung dari booming Fifty Shades of Grey selama 10 tahun ke belakang. Sebelum 2012, Lovehoney sepi pembeli dan melalui masa suram. Setelah mereka bekerja sama dengan penerbit Fifty Shades of Grey untuk menjadi sponsor dan official sextoys Fifty Shades of Grey, pejualannya pun meroket.
Mainan seks macam bola kegel, flogger, ball gag mouth dan baju seks strap ludes terjual. Penjualan Lovehoney dari yang hanya 300 barang per bulan meningkat menjadi 3.000 barang per bulan. Omzetnya pun kini mencapai 100 juta pounds atau Rp1.7 triliun.
