Potensi Penularan Virus Korona dari Manusia ke Hewan

| 07 Apr 2020 07:48
Potensi Penularan Virus Korona dari Manusia ke Hewan
Ilustrasi harimau (Clovis WOOD/nsplash)
Jakarta, era.id - Virus korona jenis baru yang menyebabkan COVID-19 tadinya menular dari hewan ke manusia lalu berkembang ke penularan antarmanusia. Seperti diketahui, virus korona baru menular dari hewan ke manusia dipercaya pertama kali terjadi di Wuhan pada pertengahan Desember tahun lalu. 

Kini penyakit COVID-19 yang diakibatkan virus yang sangat menular tersebut menjangkiti hewan yang terinfeksi dari kontak dengan manusia.

"COVID-19 memang memiliki potensi penularan ke hewan meski kejadiannya sangat langka dan tidak berbahaya bagi hewan itu," kata pakar mikrobiologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sugiyono Saputra seperti dikutip dari Antara, Senin (6/4).

Penularan penyakit dari manusia ke hewan disebut dengan istilah zooanthroponosis. Biasanya terjadi karena kecocokan reseptor membuat virus itu dapat menempel ke inang di hewan dan bereplikasi atau memperbanyak diri.

Itu juga menandakan, kata dia, bahwa virus SARS-CoV-2 itu jangkauannya luas karena tidak hanya dapat terjadi penularan sesama manusia tapi juga antara manusia ke hewan terutama mamalia.

Tapi zooanthroponosis itu sangat jarang terjadi dan masih perlu penelitian lebih lanjut bagaimana hal itu bisa terjadi. "Tapi perlu ditekankan selain jarang terjadi tidak ada bukti yang memperlihatkan hewan yang tertular itu akan menularkan ke manusia lagi," kata dia.

Sebelumnya, seekor harimau malaya yang berada di konservasi satwa liar di Kebun Binatang Bronx, New York, Amerika Serikat, terinfeksi COVID-19 setelah melakukan kontak dengan penjaga hewan.

Harimau tersebut mengalami batuk tapi diperkirakan akan segera sembuh. Tidak hanya itu, seekor anjing di Hong Kong dan kucing di Belgia juga diduga terinfeksi penyakit yang disebabkan virus korona jenis baru itu. 

Virus korona bukanlah hal yang langka di hewan dengan beberapa hewan terbukti memiliki jenis virus itu seperti ular dan kelelawar meski tidak membuat hewan tersebut sakit.

Sementara itu, pakar patologi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Agus Setiyono, bilang penularan COVID-19 di hewan mamalia muncul karena hewan-hewan itu tidak menunjukkan gejala klinis. Hal itu mirip dengan hasil penelitian yang telah dilakukannya terhadap kelelawar buah di Indonesia.

Kelelawar itu memiliki virus korona tapi hewan itu tidak menunjukkan sakit atau gejala klinis lain.

"Kelelawar yang kita teliti tidak menunjukkan sakit tapi mengandung virus. Virusnya kebetulan betacoronavirus yang berpotensi menyebabkan persoalan di manusia," ujar dia.

Tags : covid-19
Rekomendasi