Fitur Forward di WhatsApp Bakal Dibatasi untuk Cegah Hoaks

| 08 Apr 2020 11:31
Fitur <i>Forward</i> di WhatsApp Bakal Dibatasi untuk Cegah Hoaks
Ilustrasi (Antonbe dari Pixabay)
Jakarta, era.id - Untuk membatasi penyebaran hoaks di tengah pandemi virus COVID-19, aplikasi pesan WhatsApp bakal membatasi fitur meneruskan pesan atau forward.

"Sebagai layanan perpesanan pribadi, selama bertahun-tahun kami telah melakukan beberapa upaya untuk membantu menjaga percakapan yang bersifat pribadi bagi pengguna," kata WhatsApp dalam keterangan pers, seperti dikutip Antara, Rabu (8/4/2020).

Aplikasi yang dirilis pada 3 Mei 2009 itu akan membatasi fitur meneruskan pesan, pengguna hanya bisa meneruskan pesan tersebut ke satu obrolan (chat) dalam satu waktu. 

Hasil percobaan era.id pagi ini pukul 11.00 WIB, pesan di WhatsApp masih bisa diteruskan ke beberapa obrolan dalam satu kali mengirim.

Pesan yang diteruskan atau di-forward, ditandai dengan ikon tanda panah ganda, double arrows. Fitur ini diperkenalkan tahun lalu, untuk menandai bahwa pesan tersebut bukan berasal dari si pengirim.

Menurut WhatsApp, pembatasan meneruskan pesan bisa mengurangi tingkat viral hingga 25 persen.

"Kami percaya sangat penting untuk menghambat penyebaran pesan-pesan ini agar WhatsApp tetap menjadi tempat yang tepat untuk menjalin percakapan personal," kata WhatsApp.

WhatsApp tidak berpendapat pesan yang viral selalu berarti buruk. Namun, mereka menilai terlalu banyak pesan yang viral berpotensi mengandung misinformasi.

WhatsApp sejak Maret lalu bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika, meluncurkan chatbot Covid19.go.id untuk mengurangi informasi tidak benar seputar virus korona di Indonesia.

Layanan chatbot ini memberikan informasi dari sumber resmi terkait COVID-19 serta tips untuk melindungi diri dari virus korona.

WhatsApp juga membuat layanan serupa untuk WHO agar pengguna mereka di seluruh dunia bisa mendapatkan informasi mengenai COVID-19 dari sumber yang resmi. Selain Indonesia, platform milik Facebook Inc ini juga bekerja sama dengan lebih dari 20 kementerian kesehatan di seluruh dunia.

Rekomendasi