Anak-anak atau remaja tidak mengalami gejala yang umum ditemukan pada orang dewasa terjangkit COVID-19, seperti batuk, pilek, sesak, dan kehilangan indra penciuman. Tidak munculnya gejala (asimptomatik) pada anak-anak dan remaja justru sangat mengkhawatirkan. Keadaan asimptomatik membuat mereka jadi pembawa virus (carrier) yang sangat berpotensi menularkan kepada orang lain.
Belakangan para ahli di dunia dermatologi memperingatkan tanda potensial baru dari virus yang mungkin sebelumnya diabaikan yakni peradangan pembuluh darah di ujung tangan dan kaki yang dijuluki 'jari COVID'.
Gejala 'jari COVID' dicirikan perubahan warna biru kemerahan pada jari kaki yang lazim ditemukan di kalangan anak-anak. Amy Paller, MD, ketua Departemen Dermatologi di Universitas Kedokteran Northwestin Feinberg School of Medicine bilang bahwa dalam beberapa minggu terakhir, ahli kulit nasional telah melihat gejala tersebut.
Paller menyebut gejala tersebut sebagai 'epidemi mini' di dunia dermatologi pediatrik yang terutama pada mereka yang berada dalam dekade kedua kehidupannya.
"Kami mendengar kasus ini baru saja bermunculan di berbagai tempat di seluruh negeri. Setiap hari saya berbicara dengan salah satu rekan saya yang sedang menangani seorang pasien,” kata kata Paller, seperti dikutip dari Yahoo Life, Kamis (23/4/2020).
Jennifer Huang, MD, asisten profesor dermatologi di Harvard Medical School dan anggota American Academy of Dermatology juga pernah melihat gejala tersebut pada jari kaki anak-anak. Gejala tersebut muncul terutama di negara-negara yang masih dilanda musim dingin. Orang yang memiliki gejala ini umumnya yang biasa beraktivitas di luar rumah tanpa mengenakan kaus kaki atau sarung tangan memadai.
Penyakit pada jari dalam bahasa latin disebut pernio atau radang dingin, adalah suatu kondisi yang didefinisikan oleh National Institutes of Health sebagai gatal dan atau benjolan merah atau ungu sebagai reaksi terhadap dingin.
Pernio biasanya muncul dalam beberapa jam setelah terpapar suhu dingin, benjolan dapat menyebabkan reaksi kulit yang lebih menyakitkan seperti melepuh atau borok. Kurang dari 200.000 kasus pernio dicatat terjadi setiap tahunnya di Amerika Serikat.
Biasanya pernio terjadi pada orang sehat tetapi kadang-kadang terjadi juga pada pasien autoimun, dan paling umum lupus. Selain suhu dingin, Kata Huang, penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk gangguan makan, virus hepatitis dan HIV.
Menurut Paller, ketika suhu dingin, pembuluh darah yang berada di area jari jari kaki akan mengalami gangguan bahkan peradangan.
"Ini biasanya terjadi selama musim dingin atau jika seseorang tidak mengenakan pakaian yang memadai ketika mereka berada di luar dan mereka akan mendapatkan benjolan menyakitkan yang akan muncul dan biasanya akan hilang dalam rentang satu atau dua minggu,"sambungnya
Kondisi ini umumnya hilang dengan sendirinya, tetapi Huang dan Paller mengatakan bahwa obat-obatan tertentu dapat digunakan untuk mengurangi iritasi. "Kami cenderung mengobatinya dengan mengatasi rasa tidak nyaman dan mencoba melebarkan pembuluh darah dengan obat-obatan [tekanan darah] seperti nifedipine, misalnya," kata Paller.
Namun COVID-19 menyebabkan pernio muncul bukan hanya di musim dingin. Para ahli belum mengetahui cara pencegahan dan penanganannya.
"Teknik kami yang biasa untuk menjaga keadaan tetap hangat mungkin tidak akan banyak membantu di sini," ucap Paller.
Laporan pertama tentang pernio yang terjadi pada anak-anak dengan COVID-19 berasal dari Italia pada akhir Maret lalu, di mana laporan kasus merinci kulit melepuh yang menyakitkan dan luka yang semakin parah.
COVID-19 pada anak bahkan menimbulkan kekhawatiran dokter kulit Amerika mengenai ledakan jumlah kasus di negeri Paman Sam.