Masalah kepribadian ini dikhawatirkan menimpa banyak kalangan muda. Psikiater RS Melinda 2 Bandung, dr Elvine Gunawan Sp.KJ, bilang orang di usia muda memang rentan menghadapi masalah kepribadian. Kepribadian sendiri terbentuk dari usia anak sampai lepasnya masa kanak-kanak. Setelah itu biasanya kepribadian akan menetap atau permanen, sulit untuk diubah.
Seperti diketahui, kasus prank memberikan bingkisan makanan berisi sampah dilakukan Ferdian dan dua rekannya. Ketiganya merupakan pemuda-pemuda yang dinilai memiliki kepribadian ‘istimewa’ dengan melakukan prank yang merendahkan kaum transpuan.
Kepribadian ‘istimewa’ tersebut berupa hilangnya rasa empati, antisosial atau tidak peka terhadap penderitaan orang lain, melanggar aturan, suka menyakiti orang lain, dan menganggap lucu terhadap kesulitan yang diderita orang lain.
Munculnya masalah kepribadian pada anak muda seperti Ferdian Paleka menurut Elvine tak lepas dari pola asuh orang tua dan pengaruh lingkungan.
Cara mengetahui seseorang mengalami gangguan kepribadian bisa dilakukan dengan menggali informasi pada orang tersebut. Misalnya, perlu ditanya soal motivasinya, bagaimana pola asuh orang tuanya, apakah dulu dia punya trauma kekerasan, atau orang tuanya keras saat berinteraksi dengan anak-anaknya, dan seterusnya.
“Hal-hal tersebut membentuk kepribadian anak, apakah dia menjadi antisosial, tidak empatik, dan lain-lain,” terang Elvine, saat dihubungi Era.id, Sabtu (9/5/2020)
Bagaimana mencegah anak muda agar tidak mengalami gangguan kepribadian? Elvine bilang, pencegahan harus dilakukan dari pola asuh dan lingkungan tempat anak muda itu tumbuh. Namun lebih bagus lagi jika pencegahan ini direncanakan secara jangka panjang, misalnya dimulai ketika seseorang merencanakan suatu rumah tangga.
dr Elvine Gunawan Sp.KJya (Iman Herdiana/era.id)
“Jadi bagi pasangan yang siap menjadi orang tua, perlu mempelajari pola asuh yang baik bagi anak-anak mereka. Ketika hubungan suami istri diawali dengan hubungan baik, maka proses pembelajaran menjadi orang tua yang baik akan mudah. Beda dengan pernikahan tanpa persiapan, mungkin mempersiapkan pola asuh pada anak jadi kurang maksimal,” paparnya.
Berikutnya adalah lingkungan. Pola asuh orang tua yang tidak baik akan tertolong lingkungan yang baik. Sebaliknya, jika pola asuh tidak baik dan lingkungan tidak baik juga, maka akan berdampak tidak baik juga pada kepribadian anak.
“Lingkungan pengaruh banget, contohnya pelaku kriminal dia sehari-hari biasa bergaul dengan pelaku kriminal lainnya. Jadi peran lingkungan sangat besar,” ucapnya.