Lagu “What Do You Think?” Suga BTS Libatkan Pidato Kontroversi Jim Jones

| 01 Jun 2020 10:55
Lagu “What Do You Think?” Suga BTS Libatkan Pidato Kontroversi Jim Jones
Suga, BTS (Instagram/@bts.suga)
Seoul, era.id - Salah satu lagu Suga BTS atau Agust D, “What Do You Think?” terlibat kontroversi panas. Akibatnya, Big Hit Entertainment sebagai agensi angkat bicara yang berujung permintaan maaf kepada fan.

Kontroversi panas yang terjadi di mixtape D-2 itu melibatkan salah satu pidato kontroversial dari Jim Jones, salah seorang pimpinan aliran sesat di Amerika Setikat tahun 1977. Yang mana pidato itu berisi sebuah perintah dan anjuran agar warga melakukan aksi bunuh diri masal, yang juga dikenal sebagai Jonestown.

Pihak Big Hit Entertainment pun angkat bicara terkait hal ini yang sudah meresahkan banyak pihak. Menurutnya, pemilihan sample pidato di lagu “What Do You Think?” itu tanpa maksud khusus oleh produser musiknya, yang juga tak mengetahui identitas narator.

“Setelah sampel pidato dipilih, perusahaan mengikuti proses internal kami dan melakukan prosedur untuk meninjau kesesuaian konten. Namun, dalam proses pemilihan dan peninjauan, kami melakukan kesalahan karena tidak mengenali ketidaktepatan konten dan termasuk sampel dalam lagu,” kata Big Hit Entertainment lewat pernyataan resminya, dikutip dari Soompi, Senin (1/6/2020).

Selain itu, sebelum merilis lagu “What Do You Think?” pihaknya mengaku memiliki proses pengecekan terkait masalah sosial, budaya, dan sejarah yang menyangkut para pendengar secara global. Tapi pada kenyataannya pihaknya kecolongan terkait sejarah yang tak mereka pahami sebelumnya.

Akibat kontroversi ini, pihak Big Hit Entertainment sepakat untuk menarik ulang lagu “What Do You Think?” yang dilengkapi dengan pidato Jim Jones. Mereka pun merilis ulang tanpa menggunakan pidato kontroversial itu.

“Kami mohon maaf kepada mereka yang merasa tidak nyaman atau terluka karena ini,” lanjutnya.

Selain itu, pihak Big Hit Entertainment juga mengatakan artisnya (Suga BTS) merasa malu dan sangat bertanggung jawab atas insiden yang terjadi.

Tragedi Jonestown ini terjadi pada tahun 1978 di Amerika Serikat tepatnya San Fransisco. Bermula dari sebuah gereja yang dikenal dengan Peoples Tample yang didirikan oleh Jim Jones. Sebagai seorang pendeta, Jim bertanggung jawab atas jamaatnya yang kerap kali menyebar ide-ide sosial dan progresif yang tidak konvensional.

Tahun 1970-an, Peoples Tample berada di atas puncak karena banyak jamaat yang berasal dari Afrika dan Amerika bergabung dengannya hingga ribuaan orang. Bahkan kepopuleran Peoples Tample itu menarik perhatian Harvey Milk yang menyusupi kegiatan jamaat untuk kepentingan politik.

Akibatnya tahun 1977 Jim Jones mulai merasa tak aman berada di San Fransisco. Mereka pun memutuskan pindah ke sebuah pemukiman kecil yang kemudian dikenal dengan Jonestown di Guyana, negara terpencil di Venezuela.

Leo Ryan, anggota kongres Amerika Serikat pun mengunjungi Jonestown pada November 1978. Kunjungan ini didasari dari kekhawatirannya ke para warga yang ikut ke sana. Sayangnya, setelah kunjungan itu, Ryan justru ditemukan tewas dengan luka tembak di sebuah landasan terbang bersama empat orang lainnya.

Setelah kejadian itu, Jones memerintahkan para jamaatnya untuk minum cairan sianida, yang diawali oleh anak-anak. Secara keseluruhan, sedikitnya 900 orang tewas akibat bunuh diri, termasuk Jim Jones yang tewas dengan luka tembak di kepalanya. Menurut kabar yang beredar, Jones tewas akibat sengaja ditembak oleh asistennya, Annie Moore sebelum akhirnya dia juga bunuh diri dengan cara yang sama.

Kisah memilukan yang dikenal dengan Jonestown ini pun dikecam oleh pemerintah Amerika Serikat. Bahkan, salah satu jamaat yang berhasil selamat bercerita tentang pengalaman mengerikannya itu.

“Kita semua melakukan hal-hal yang benar tetapi di tempat yang salah dengan pemimpin yang salah,” kata Laura Johnston Kohl, dikutip dari Rolling Stones, Senin (1/6/2020).

Tags : kpop
Rekomendasi